Transkrip:
Namaku, Anissa Khan, lahir dan besar di Greenhampton, Skotlandia. Aku dibesarkan dalam keluarga yang sangat taat pada Islam. Dalam tradisi keluargaku, apapun upaya untuk mempertanyakan Islam adalah hal yang tabu. Ayahku berasal dari Maroko sebelum pindah ke Skotlandia. Kemudian ia seorang imam di mesjid lokal dan ibuku juga mengajarkan bahasa Arab di sekolah Islam lokal.
Aku menikah dengan Rizwan Khan suamiku, pada usia 23 tahun. Kini dalam usia 46 tahun aku merasa sudah mencapai segala hal yang diinginkan dalam hidup. Aku sukses dalam pekerjaan sebagai akuntan, punya seorang suami yang penyayang dan taat beragama, dan dikaruniai tiga orang anak yang hebat: Nadya, Hadi, dan Farah.
Aku juga seorang muslim yang taat, sholat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, selalu memberikan zakat, dan telah menunaikan ibadah haji sebanyak dua kali. Di komunitas kami, aku dikenal sebagai seorang yang memiliki suara indah dalam melantunkan Quran dan juga sering memberikan pengajaran agama Islam kepada anak-anak di mesjid lokal.
Aku bangga dengan keislamanku. Sejauh ini aku sudah berhasil mengajak tiga orang kolegaku yang asli Skotlandia untuk meninggalkan agama mereka yang lama dan memeluk Islam. Aku juga selalu mengenakan hijab, tidak hanya sebagai bagian dari ketaatan pada perintah agama Islam, tapi juga sebagai ungkapan kebanggaanku pada Islam yang sekaligus membentengiku dari budaya tak bermoral di lingkunganku.
Sekali pun demikian sempat terlintas juga dalam pikiranku beberapa pertanyaan yang mengganggu tentang Islam. Aku belum paham mengapa orang-orang yang baik di sekitarku, yang bahkan dalam banyak hal tampaknya lebih baik dan tulus dari padaku, harus masuk neraka hanya karena mereka bukan muslim? Juga mengapa dalam Islam kedudukan perempuan selalu lebih rendah dibandingkan pria? Pertanyaan-pertanyaan kritis tentang Islam juga muncul pada anakku Nadya. Tapi seperti biasa kami mengatasinya dengan menenggelamkan diri dalam ritual ibadah serta membaca Quran untuk mempertebal iman kami.
Aku tidak ingin mengalami nasib seperti Aminah, adikku yang harus dibuang dari keluarga karena dia meninggalkan Islam dan menjadi seorang Kristen. Aku sempat berdebat sengit dengannya soal beberapa aspek ajaran dan sejarah Islam. Misalnya dia mempertanyakan soal perkawinan Muhamad dengan Aisha yang masih anak-anak, semangatnya untuk menyebarkan Islam dengan pedang, tindakannya yang kejam terhadap lawan-lawannya, dan penyangkalannya terhadap salib yang tidak didukung fakta sejarah apapun. Aku selalu merespon dengan menuduhnya sudah dipengaruhi propaganda ideologi barat yang liberal.
Pagi itu semuanya berjalan seperti biasa. Setelah sholat subuh aku mempersiapkan sarapan untuk anak-anak dan suamiku. Setelah itu aku berangkat naik mobil menuju pertemuan akuntan di Dublin. Hari itu terasa sangat cerah untuk Greenhampton dan semuanya berjalan seperti hari-hari biasa. Jalanan terasa sepi dan menyenangkan. Tapi di tengah perjalanan aku melihat sebuah truk di depanku yang tengah membawa setumpuk pipa besi tampak sedikit aneh. Truk itu terlihat tidak stabil dan pipa-pipa yang dibawanya seperti tidak terikat dengan baik.
Tiba-tiba muncul angin cukup kuat dari samping yang membuat pipa-pipa di atas truk terlepas dari ikatannya dan mulai berjatuhan ke jalan. Beberapa buah pipa menghampiri mobilku dan menembus kaca mobil tepat di depanku. Aku merasakan sebuah hantaman keras yang sangat menyakitkan mengenai kepalaku dan aku pun tidak sadarkan diri. Satu-satunya yang kuingat sebelum kesadaranku hilang adalah mengucapkan kalimat syahadat: "Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhamad adalah rasulnya."
Menurut petugas paramedis yang menanganiku, sebuah pipa yang menembus kaca mobil membentur sisi kepalaku dan mengakibatkan pendarahan otak cukup serius. Beruntung hantamannya tidak frontal sehingga tidak mengakibatkan cedera yang fatal. Menurut mereka aku sempat kehilangan darah cukup banyak dan jantungku berhenti berdenyut selama kurang lebih 15 menit sebelum akhirnya kembali.
Tapi 15 menit itu terasa sangat lama bagiku, dan telah mengubah apa yang aku pahami tentang hidup, kematian, dan apapun yang aku imani selama ini. Ketika paramedis sedang berusaha keras mengaktifkan denyut jantungku, aku merasakan kesadaranku terlepas dari tubuh. Aku melihat diriku melayang di atas mobil yang dikerumuni petugas paramedis dan beberapa orang lain yang berusaha menolong. Aku tahu aku sedang menghadapi kematian dan aku berharap untuk segera bertemu dengan malaikat Mungkar dan Nakir yang akan menanyaiku soal keimanan Islamku.
Tapi bukan itu yang terjadi...
Sebaliknya, aku merasa diliputi cahaya yang tak pernah kutemui di dunia. Cahaya itu terasa penuh dengan kasih dan membawaku menuju sebuah lorong dimana kesadaran tentang hidup yang aku jalani diperlihatkan dengan jelas. Lalu aku melihat sosok manusia yang entah bagaimana langsung aku ketahui: itulah Yesus Kristus. Dia tidak tampil seperti manusia, atau bahkan sebagai nabi. Dia tampil seperti raja dari segala raja yang penuh dengan cahaya kekudusan. Seluruh unsur dalam kesadaranku segera mengarahkanku untuk mengetahui bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yang telah menciptakanku. Aku sama sekali tidak bisa menolak atau menyangkal kenyataan itu.
"Anissa, belum waktumu untuk berada di alam ini. Tapi Aku akan memperlihatkanmu banyak hal supaya engkau memberikan kesaksian pada semua orang," demikian kata Yesus kepadaku dengan lembut.
Tiba-tiba aku diperlihatkan seluruh kehidupanku dengan detail yang sempurna, baik dalam pikiran, perkataan, maupun perbuatan. Aku melihat bagaimana aku seringkali membela ajaran dan praktek Islam dengan sangat gigih, sekali pun itu semua bertentangan dengan logika dan pemikiran akal sehat. Juga bagaimana aku seringkali memandang rendah teman-temanku yang non-muslim dengan menganggap mereka sebagai calon penghuni neraka. Aku melihat bagaimana arogansiku soal Islam juga telah menular pada anak-anakku.
Tapi pengungkapan yang paling mengejutkanku adalah tentang Muhamad, orang yang selama ini aku percaya sebagai nabi terakhir utusan Tuhan. Aku melihat Muhamad memang menerima wahyu-wahyu, tapi itu bukan berasal dari Tuhan melainkan dari sosok gelap yang mengerikan. Sosok gelap itu memanfaatkan hasrat Muhamad terhadap kekuasaan dan kekayaan, untuk menipunya dan selanjutnya menyesatkan milyaran orang di seluruh dunia.
Aku melihat sosok Muhamad dalam versi asli sebagai manusia yang penuh dengan keinginan duniawi, yang memanfaatkan kekuatan spiritual gelap yang dimilikinya untuk menaklukkan suku-suku lain serta memperoleh keuntungan politik. Aku melihat bagaimana wahyu-wahyu yang diterima Muhamad seolah disesuaikan dengan kebutuhannya untuk meraih kekuasaan, kekayaan, kemenangan, dan bahkan untuk mendapatkan perempuan-perempuan yang dikawininya. Itu semua fakta yang sangat menyesakkan dan menghancurkan hatiku. Penglihatan itu telah merombak segala hal yang selama ini kuyakini tentang Islam.
Hal yang sangat menyesakkan adalah mengetahui bahwa penyesatan tersebut terus berlangsung turun-temurun selama berabad-abad sejarah manusia dan telah menjerumuskan banyak orang yang mencari kebenaran dengan tulus ke dalam jurang kebinasaan. Aku melihat bagaimana orang tuaku, kakek-nenekku dan semua orang-tua mereka sebelumnya, seluruhnya telah tersesat oleh agama ini. Dan bagaimana dengan penuh ketulusan mereka semuanya telah mengajarkan kesesatan tersebut pada keturunan-keturunan mereka.
Yesus memberiku pengertian bagaimana Islam telah mengambil banyak elemen kebenaran dan kebaikan dalam agama sebelumnya, tapi mencampurkannya dengan berbagai kesesatan yang berbahaya. Melalui cara ini Islam telah menyesatkan banyak orang yang tertarik pada berbagai ajaran kebaikan yang ada di dalamnya, tanpa menyadari kesesatan berbahaya yang ada di baliknya.
Aku juga diperlihatkan bagaimana konsep Allah dalam Islam telah mengambil prinsip keesaan Tuhan dalam agama Yahudi dan Kristen namun mendangkalkannya dengan maksud agar dapat dipahami oleh para pengikutnya. Tapi tindakan tersebut justru telah menjauhkan konsep ketuhanan Islam dari kebenaran.
Yesus juga memperlihatkan padaku malaikat-malaikat-Nya. Salah satu dari malaikat yang penuh cahaya tersebut mendekat kepadaku, dan menunjukkan beberapa ayat Quran yang sekarang bisa aku pahami dari sudut spiritual. Aku mengetahui bagaimana ayat-ayat tersebut ternyata sengaja mencampurkan kebenaran dengan kesesatan dan dirancang khusus untuk menjauhkan manusia dari kebenaran Kristus yang menyelamatkan. Aku menyaksikan semuanya itu seperti melihat pesulap sedang membongkar rahasia trik-trik sulapnya.
Aku melihat bagaimana ajaran Islam bahwa Yesus hanyalah seorang nabi adalah penyesatan yang amat penting. Meski penyebutan Yesus sebagai seorang nabi dianggap muslim sebagai sikap penghormatan, tanpa mereka sadari di mata Tuhan penyebutan itu adalah suatu penghujatan yang akan mendatangkan hukuman jika mereka tidak bertobat. Aku diperlihatkan fakta sesungguhnya tentang ketuhanan Yesus, pengurbanan-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya. Itu semua membuat apa yang diajarkan Islam padaku tentang Yesus atau Nabi Isa, tampak seperti kesalahpahaman yang dangkal dan amat kekanak-kanakan.
Lalu aku diperlihatkan satu hal yang sangat menghancurkan hatiku. Aku melihat begitu banyak orang-orang yang tulus mencari kebenaran di dalam Islam akhirnya menyadari bahwa mereka telah tertipu pada waktu yang sangat terlambat, yaitu saat kematian mereka. Penderitaan mereka yang harus menjalani hukuman di neraka karena tertipu ajaran Islam begitu memilukan hatiku. Diantaranya aku melihat pamanku yang baru-baru ini meninggal dunia. Ia seorang hafiz atau penghafal Quran. Aku melihat hatinya sangat hancur setelah menyadari dedikasinya yang total terhadap Islam ternyata sia-sia karena ia telah mengikuti agama yang salah.
Aku juga diperlihatkan realitas spiritual yang sesungguhnya dari lima rukun Islam yang aku jalani dengan setia. Sholat lima waktu yang aku jalani ternyata tidak lebih dari ritual kosong yang ditujukan pada tuhan palsu. Kewajiban untuk sholat pada waktu-waktu tertentu, kewajiban berwudhu, dan semua aturan-aturan lainnya telah menjadikan ibadah tersebut bersifat sangat duniawi dan tidak memiliki nilai spiritual apapun. Ibadah sholat yang dilakukan muslim lima kali sehari sebenarnya justru semakin menjauhkan muslim dari relasi spiritual yang sejati dengan Tuhan.
Juga alunan merdu ayat-ayat Quran yang sering aku ucapkan nyaris setiap hari tanpa pernah memahami betul maknanya, tak lebih dari upaya cerdik untuk menjauhkan manusia dari Yesus Kristus. Kini aku sadari bahwa alunan merdu ayat-ayat Quran itu sebenarnya suatu bentuk hipnosis yang semakin mengikat jiwa setiap pendengarnya pada ajaran-ajaran palsu Islam, dan keterikatan pada ajaran Islam membuat mereka semakin menolak Yesus Kristus.
Ibadah haji yang pernah aku jalani dengan bangga diperlihatkan padaku dalam keadaan yang sesungguhnya. Ka'bah yang aku kelilingi saat ibadah haji ternyata berasal dari warisan penyembahan pagan. Batu hitam Hajar Aswad yang dengan susah payah berusaha kucium, ternyata tidak lebih dari berhala pujaan kaum pagan sebelum Muhamad. Atmosfir spiritual yang terasa kental di Mekah, yang selama itu kukira merupakan tanda kekudusan tempat suci itu, ternyata berasal dari kuasa kegelapan. Setiap seruan takbir, lantunan ayat-ayat Quran, dan semua ritual-ritual haji di tempat itu ternyata semakin memperkuat pengaruh kuasa gelap tersebut dalam menyesatkan manusia-manusia yang berada di tempat itu.
Aku juga melihat bagaimana sesungguhnya proyek-proyek amal yang aku lakukan selama ini. Meski perbuatan amal tersebut pada dasarnya adalah baik, namun aku telah memanfaatkan proyek amal tersebut untuk mempromosikan agama yang menyesatkan banyak orang. Setiap kali aku berusaha mempromosikan Islam kepada orang-orang yang datang, sebenarnya aku telah ikut andil menjauhkan mereka dari kebenaran Kristus.
Yesus kemudian mengungkapkan fakta yang menghancurkan hatiku. Dia mengungkapkan bagaimana ajaran Islam tentang kedatangan-Nya kembali ke dunia telah disimpangkan sedemikian rupa. Aku melihat kedatangan Yesus versi Islam, yaitu nabi Isa, yang dikatakan datang untuk mematahkan salib dan menghapus kekristenan, ternyata sengaja dimaksudkan untuk menyesatkan manusia di akhir jaman. Ajaran tersebut justru bertujuan untuk mempersiapkan muslim menerima Antikristus dan melawan Yesus Kristus sejati yang datang untuk kedua kalinya.
Tidak seluruhnya kegelapan saja yang diperlihatkan, aku juga diperlihatkan jalan kebenaran. Aku melihat bagaimana iman pada Tuhan Yesus dan penerimaan berbagai sakramen di dalam Gereja-Nya, yang diikuti semangat pertobatan dan perbuatan baik di dalam nama-Nya, telah membuka jalan bagi manusia untuk mencapai keselamatan kekal. Aku diperlihatkan bagaimana jalan keselamatan di dalam iman Kristen begitu sederhana dan jelas, ketimbang sistem ajaran yang rumit dan ritual yang kaku di dalam Islam yang ternyata justru menyesatkan.
Para malaikat kemudian memperlihatkan padaku bagaimana banyak orang Kristen sebenarnya sudah berusaha membuka mata orang-orang Islam pada kebenaran Kristus, namun mereka menghadapi penolakan bahkan penganiayaan. Banyak dari mereka yang harus mengorbankan nyawa mereka demi mewartakan Kristus di wilayah-wilayah Islam.
Aku juga dibawa untuk melihat situasi di jaman kekristenan awal. Aku melihat bagaimana iman pada Kristus yang begitu tulus dan sederhana telah membawa orang-orang Kristen pada persatuan yang kekal dengan Tuhan di dalam surga. Aku melihat bagaimana ketulusan iman mereka telah membuat Roh Kudus sepenuhnya bekerja di dalam hidup mereka dan membimbing mereka menjalani hidup yang kudus.
Kemudian aku diperlihatkan bagaimana masa depan anak-anakku jika mereka tetap mengimani Islam. Kebutaan spiritual mereka akan semakin mengental, dan hati mereka semakin mengeras untuk menyangkal kebenaran, seiring dengan semakin kuatnya devosi mereka pada ajaran dan ritual-ritual Islam. Kenyataan bahwa selama ini aku sendiri yang telah mengajarkan mereka iman Islam yang menjauhkan mereka dari Kristus membuat hatiku hancur dalam penyesalan yang dalam.
Tapi aku juga diperlihatkan harapan seandainya anak-anakku mengenal Kristus. Mereka akan mengenal kebenaran, menjalani hidup dalam iman dan kasih Kristus, dan akhirnya memperoleh keselamatan kekal. Aku melihat betapa indah dan damainya hidup mereka kelak di dalam Kristus. Harapan ini memperkuat tekadku untuk mengajarkan kebenaran pada anak-anakku seandainya aku kembali mendapatkan kesempatan hidup di dunia.
Selama penyingkapan spiritual itu aku menyadari diriku berada dalam rahmat kebenaran yang absolut. Keadaan tersebut membuatku memahami kebenaran secara berbeda, tidak seperti membaca buku atau mendengarkan kuliah. Aku seperti merasakan kebenaran ditanamkan langsung ke dalam jiwaku. Dalam keadaan itu setiap penyesatan langsung terungkap dan setiap kebohongan langsung terbongkar. Sebaliknya setiap kebenaran tampak begitu jelas terlihat nyata tanpa penghalang.
Para malaikat memperlihatkan padaku bagaimana setan telah menggunakan Islam untuk membangun sistem agama yang seolah-olah berasal dari Tuhan namun sesungguhnya bertujuan menjauhkan manusia dari Tuhan yang sejati. Aku melihat bagaimana sholat yang harus menggunakan bahasa Arab, hukum-hukum syariah yang ketat dan kaku, lantunan indah ayat-ayat Quran, klaim Muhamad sebagai nabi terakhir dan Islam sebagai agama yang sempurna, larangan untuk meragukan atau mempertanyakan Islam, dan ancaman hukuman mati jika meninggalkan Islam, semuanya dirancang agar manusia terjebak selamanya di dalam penyesatan agama palsu ini.
Yang juga mengejutkanku adalah fakta sesungguhnya dari kewajiban penggunaan hijab. Sekalipun penggunaan hijab mengarahkan perempuan untuk berpakaian sopan, penekanan pada unsur-unsur lahiriah dalam berhijab ini secara spiritual justru telah membutakan hati dan pikiran muslim yang semakin menjauhkan mereka untuk menemukan kebenaran Kristus. Dengan demikian setiap perempuan muslim yang mengenakan hijab pada dasarnya telah melangkahkan dirinya untuk semakin menjauhi kebenaran Kristus. Hijab itu bagaikan rantai cantik yang telah membelenggu perempuan muslim. Pengenaan hijab tidak hanya telah mengekang perempuan secara fisik, tapi juga membelenggunya secara spiritual untuk menemukan kebenaran sejati.
Lalu Yesus membawaku untuk melihat apa yang sesungguhnya ditemui Muhamad di gua Hira. Ternyata bukan malaikat Jibril yang dijumpai Muhamad, tetapi iblis yang menyamar sebagai malaikat terang. Aku melihat dengan penuh kengerian betapa iblis yang menyamar sebagai malaikat terang ini telah membantu Muhamad membangun sistem agama yang menyesatkan begitu banyak manusia di dunia.
Yesus juga memperlihatkan makna penyaliban-Nya yang selama ini disangkal dalam Islam. Aku merasakan secara spiritual apa yang sesungguhnya terjadi dalam peristiwa penyaliban itu. Aku merasakan beratnya dosa-dosa semua manusia yang harus ditanggung-Nya di kayu salib, keterpisahan-Nya dari Bapa yang harus Dia alami, dan kemenangan yang diungkapkan dalam kebangkitan-Nya.
Sekarang aku tahu bagaimana ajaran Islam bahwa Allah SWT tidak memiliki anak sesungguhnya merupakan serangan langsung terhadap jantung ajaran keselamatan melalui Yesus Kristus. Begitu juga ajaran Islam tentang surga yang berisi kenikmatan fisik dan duniawi, sesungguhnya merupakan penyesatan yang disengaja terhadap konsep surga yang sesungguhnya, yang sekarang sudah aku rasakan. Surga yang sesungguhnya adalah hidup bersama dengan Tuhan di dalam Yesus Kristus. Apapun kenikmatan dan kebahagiaan yang tersedia di dunia, semata-mata hanyalah bayangan dibandingkan kebahagiaan hidup bersama Tuhan di dalam surga.
Para malaikat juga menunjukkan bagaimana ajaran Islam tentang neraka, sekalipun sudah benar mengajarkan tempat tersebut penuh dengan siksaaan, ajaran tersebut telah salah dalam mengajarkan siapa saja yang akan masuk ke dalamnya. Bukan non-muslim yang akan masuk ke dalam neraka, tapi mereka yang menolak kebenaran Kristus setelah mereka ditunjukkan pada kebenaran tersebut. Islam yang mengajarkan tentang Yesus Kristus secara salah, telah mendorong semua muslim untuk menyangkal kebenaran Kristus setiap kali mereka mendapatkan kesempatan untuk menerima-Nya. Inilah yang membuat begitu banyak muslim harus masuk ke dalam neraka karena telah menyangkal kebenaran Kristus.
Aku juga mendapatkan pengertian tentang kebenaran trinitas. Ajaran yang menjadi batu sandungan bagi banyak muslim, ternyata selama ini telah disalahartikan dan digambarkan secara keliru dalam Islam. Realitas tentang trinitas bukanlah tentang tuhan yang berjumlah tiga seperti yang selama ini diajarkan dalam Islam.
Aku mengetahui trinitas sebagai satu Tuhan yang hadir dalam tiga pribadi ilahi: Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Trinitas bukanlah soal jumlah tapi tentang keberadaan Tuhan dan relasi yang ada di dalam Diri-Nya sebagai Sang Pencipta yang sudah ada sebelum segala ciptaan. Ini sesuatu yang hanya dapat dipahami dengan baik dalam logika manusia yang mendapatkan rahmat Tuhan sebagaimana yang aku rasakan sekarang. Tetapi bagaimanapun trinitas juga dapat diterima dalam iman oleh semua manusia sebagai realitas Tuhan yang sesungguhnya, yang berbeda dari segala ciptaan-Nya.
Yesus juga menunjukkan padaku bagaimana Ia sangat mencintai semua muslim dan begitu sedih melihat banyaknya muslim yang tulus berdoa lima kali sehari ternyata harus binasa karena berdoa pada tuhan yang salah dan mengimani berbagai kesesatan ajaran Islam yang menjauhkan mereka dari kebenaran.
Para malaikat kemudian memperlihatkan kepadaku ayat-ayat Alkitab yang selama ini kuanggap telah diselewengkan dan diubah. Ternyata ajaran Islamlah yang mengajarkan muslim untuk menolak kebenarannya, sementara ayat-ayat itu sendiri sungguh-sungguh berasal dari Tuhan dan tetap terjaga utuh selama berabad-abad meski ada banyak upaya untuk menyimpangkannya.
Kemudian aku diperlihatkan realitas spiritual yang lebih dalam dari berbagai ritual dan praktek dalam Islam yang selama ini aku jalani dengan patuh. Puasa Ramadhan yang selama ini kupikir bertujuan untuk membersihkan jiwa setiap muslim ternyata tidak lebih dari upaya dangkal untuk menggantikan proses pemurnian spiritual, yang sebenarnya hanya dapat diperoleh manusia dari darah Kristus. Aku mendapatkan pengertian bagaimana penekanan berlebihan pada aspek fisik dari puasa dalam Islam, justru telah membutakan muslim dari makna rohani puasa yang sesungguhnya.
Lalu aku juga mendapatkan pengertian tentang kalimat syahadat yang sering aku ucapkan untuk meneguhkan iman Islamku. Ternyata kalimat tersebut berfungsi sebagai segel spiritual yang terus mengikat muslim pada sistem kepercayaan yang sesat. Setiap kalimat syahadat yang aku ucapkan ternyata hanya menambah tebal selubung yang telah menutup jiwaku dari kebenaran.
Yesus memperlihatkan padaku fakta yang sangat mengejutkanku. Selama ini Yesus ternyata telah berupaya sejak lama untuk menarikku kepada-Nya, bahkan ketika aku terus menentang-Nya. Yesus bekerja menarikku melalui beberapa temanku yang memperkenalkanku pada Alkitab tapi kutolak, melalui penginjil di jalan yang aku tertawakan, melalui adikku Aminah yang berusaha membagikan imannya namun tak pernah kudengarkan, bahkan melalui anakku Farah yang kadang bertanya tentang iman Kristen dan membandingkan mengapa Allah SWT dalam Islam terasa kejam sedangkan Yesus yang dipercaya oleh teman-teman Kristennya begitu baik, dan banyak lagi. Itu semua ternyata upa ya Yesus untuk mengetuk hatiku agar menerima-Nya. Juga ketika timbul keraguan dalam hatiku saat membaca beberapa ayat Quran atau membaca hadis. Itu semua adalah upaya Yesus melalui Roh Kudus untuk menyadarkanku akan kesesatan Islam. Tapi semuanya telah kusangkal dan kutolak karena fanatismeku terhadap Islam telah mengeraskan hatiku.
Lalu aku diperlihatkan keadaan ayahku yang meninggal dua tahun lalu. Kata-kata terakhir ayahku sebelum menghembuskan nafas terakhir adalah, "Allahu Akbar..." Pada waktu itu kata-kata terakhir tersebut kukira sebuah pertanda bahwa ayahku akan diterima di dalam surga. Tapi sekarang kulihat jiwanya sengsara di neraka akibat terjerumus dalam ajaran Islam yang menyesatkan. Aku juga diperlihatkan bagaimana ayahku sebenarnya sudah mendapatkan banyak kesempatan untuk menerima kebenaran Kristus selama hidupnya, namun sayang sekali ia menolaknya. Juga karena fanatismenya yang buta terhadap Islam.
Selanjutnya malaikat membawaku ke masa lalu untuk melihat fakta-fakta yang disembunyikan dalam sejarah Islam. Aku diperlihatkan bagaimana sesungguhnya Quran disusun hingga dalam bentuknya yang sekarang, motif-motif politik yang ada di balik berbagai aturan dan hukum Islam, dan bagaimana wahyu palsu yang diterima Muhamad juga telah diubah-ubah demi kepentingan politik serta kepentingan duniawi lainnya.
Para malaikat menjelaskan kepadaku bagaimana sholat dengan menghadap ke arah kiblat di Mekah telah mencegah muslim dari kebenaran. Setiap manusia seharusnya berdoa terarah pada Yesus Kristus, bukan pada bangunan Kabah di kota Mekah. Realitas ini yang tidak pernah dipahami muslim ketika mereka menjalankan ritual sholat dengan menghadap ke kiblat lima kali sehari tanpa pernah bertanya.
Kemudian Yesus menjelaskan padaku bagaimana bahayanya ajaran Islam tentang dosa dan pahala. Dengan mengajarkan bahwa manusia dapat selamat jika pahala yang mereka kumpulkan dalam hidup lebih berat dari dosa-dosa mereka, ternyata telah menyesatkan setiap muslim. Konsep tersebut membuat muslim merasa tidak memerlukan penebusan dosa oleh Yesus Kristus. Dengan demikian ajaran Islam tentang dosa dan pahala sebenarnya adalah penolakan terhadap karya penebusan salib Kristus yang dapat menyelamatkan mereka. Sekarang aku memperoleh pengertian bahwa sebesar apapun kebaikan yang telah dibuat manusia di dunia, semuanya di akhirat akan sia-sia jika mereka tidak menerima penebusan salib Kristus. Itu seperti membangun rumah di atas sungai yang mengalir deras. Setiap bahan bangunan yang kita letakkan langsung hilang tanpa bekas karena terbawa arus sungai.
Akhirnya Yesus menunjukkan kepadaku tugas yang harus kujalani. Aku mendapat kesempatan untuk kembali ke dunia karena aku harus memberi kesaksian tentang semua kebenaran yang telah diungkapkan kepadaku demi menyelamatkan banyak muslim yang masih tersesat oleh ajaran Islam. Yesus mengingatkan bahwa tugas ini tidak ringan dan aku akan mendapatkan banyak penolakan, termasuk dari keluargaku sendiri. Tapi Yesus juga meyakinkanku bahwa Ia akan selalu menyertai setiap upayaku dalam menyatakan kebenaran-Nya.
Setelah Yesus menghilang dari hadapanku, tiba-tiba aku kembali tersadar di dalam tubuhku yang sudah terbaring di dalam ambulans. Beberapa petugas paramedis bergegas menangani kondisiku yang mulai menampakkan kehidupan. Kata-kata pertama yang terucap dari mulutku adalah, "Ya Yesus, Tuhan-Ku..."
Setelah beberapa lama seorang paramedis pun menyatakan keheranannya. Ia melihat pemulihanku yang sangat cepat sebagai mujizat karena aku sempat dinyatakan mati secara klinis selama 15 menit lamanya tapi otakku sama sekali tidak tampak mengalami kerusakan. Dalam hati aku tahu mengapa itu terjadi.
Rizwan, suamiku yang datang menjengukku di rumah sakit mengucapkan syukur berkali-kali melihat kondisiku yang stabil, "Alhamdulillah... ya Allah..." Dalam hati aku menangis melihat suamiku masih begitu terikat pada ajaran yang sekarang aku sadari sebagai kesesatan yang sangat berbahaya. Setelah situasi mulai tenang aku menceritakan pada Rizwan apa yang aku alami selama mati suri. Awalnya Rizwan terkejut dan tampak agak kecewa, tapi kemudian dia mencoba mengabaikannya dengan menganggap itu sebagai akibat dari trauma otak yang aku alami akibat kecelakaan.
Hari berikutnya ketiga anak-anakku datang menjenguk, mereka semua mengenakan busana islami. Nadia dan Farah dengan hijabnya dan Hadi dengan baju koko-nya. Dari mulut mereka pun terlontar kata-kata islami, "Alhamdulillah... insya Allah..." dan sebagainya. Aku senang dengan kedatangan mereka, tapi sekaligus hatiku juga amat tertusuk, terutama karena aku menyadari bahwa perilaku mereka semua adalah hasil dari didikanku selama ini yang membesarkan mereka dengan nilai-nilai dan tradisi Islam yang kuat.
Setelah sepenuhnya pulih dan aku kembali ke rumah, aku ceritakan lagi apa yang aku alami selama mati suri di hadapan seluruh keluargaku. Rizwan tidak bisa menutupi rasa kecewa dan kemarahannya. Ia menyebutku telah kerasukan jin dan mengundang beberapa imam serta ustad untuk meyakinkanku akan kebenaran Islam. Ia juga mengundang teman-teman muslim di komunitas kami untuk mencoba membujukku agar kembali pada Islam. Setelah semua upaya gagal menggoyahkan keyakinanku pada Yesus Kristus, Rizwan mulai mengancam untuk menceraikanku. Ia memindahkan anak-anak dari sekolah umum ke sekolah Islam yang sangat ketat dalam pengajaran agama, dan sengaja membatasi mereka untuk bertemu denganku.
Tapi itu semua tidak mengejutkanku karena Tuhan Yesus sudah mengingatkan akan hal itu sebelumnya. Tidak hanya dari keluargaku, teman-teman muslim di komunitas kami juga ikut mengucilkan aku.
Kelegaan mulai muncul ketika kisahku yang mulai tersebar justru mengundang beberapa muslim yang selama ini diam-diam menyimpan keraguan terhadap iman mereka, untuk menghubungiku. Akhirnya aku membentuk perkumpulan untuk menampung muslim-muslim yang rindu untuk mendengarkan kebenaran ajaran Yesus Kristus. Adikku Aminah yang mendengar apa yang terjadi juga ikut bergabung bersama teman-teman di gerejanya untuk membagikan iman mereka dalam perkumpulan tersebut.
Doaku setiap malam bagi keluargaku juga mulai menunjukkan hasil. Nadia yang semula marah kepadaku mulai bicara dan berterus terang bahwa dirinya juga menyimpan keraguan terhadap ajaran Islam. Demikian juga si kecil Farah yang mulai banyak bertanya tentang Yesus. Hanya Rizwan dan Hadi anakku yang tampak masih teguh dengan iman Islamnya. Tapi aku yakin doaku bagi mereka tidak akan sia-sia dan kelak akan terjawab juga sehingga mereka pun akan berubah.
0 Komentar