Transkrip video:
Salam damai dan sejahtera bagi kita semua..
Beberapa waktu lalu muncul kontroversi tentang film "His Only Son." Seorang anggota DPR yang overacting menghimbau pemerintah untuk melarang peredaran film tersebut dengan alasan narasinya bertentangan dengan iman Islam (12 September 2023).
Seperti kita ketahui dalam film tersebut digambarkan bagaimana Abraham mengorbankan Ishak anaknya. Ini sejalan dengan narasi dalam Alkitab. Namun dalam versi Islam, meski dalam Quran sendiri tidak tertulis jelas, mereka meyakini bahwa yang dikurbankan adalah Ismael, bukan Ishak.
Tentu saja himbauan pelarangan ini sangat menggelikan karena film tersebut memang didasarkan pada Alkitab sehingga sudah pasti tidak sejalan dengan ajaran Islam. Mengapa anggota DPR ini tidak sekalian saja minta pemerintah melarang peredaran Alkitab yang isinya jelas-jelas bertentangan dengan ajaran Islam?
Kalau pemerintah tidak merasa perlu melarang peredaran Alkitab, tentu pemerintah juga tidak perlu melarang peredaran film "His Only Son." Negara kita bukanlah negara agama sehingga tidak bisa menjadikan kebenaran khas agama tertentu sebagai patokan apa yang benar dan salah, atau apa yang boleh dan tidak boleh di negara ini.
Seharusnya kita bisa belajar dari kasus film "The Passion of Christ" (2004) karya sutradara Mel Gibson yang menggambarkan kisah sengsara dan penyaliban Yesus Kristus. Tentu saja narasinya dibuat berdasarkan kebenaran Alkitab. Film yang laris manis ini juga mengundang kontroversi luas di negara-negara Islam karena menurut ajaran Islam, Yesus Kristus atau mereka menyebutnya sebagai Isa Almasih, tidak disalibkan.
Menanggapi kegelisahan umat Islam terhadap film tersebut, sutradara film Iran bernama Nader Talebzadeh pada tahun 2007 membuat film "The Messiah" yang berkisah tentang Yesus Kristus dalam versi Islam dan Injil Barnabas. Inilah bentuk tanggapan yang jauh lebih baik ketimbang sibuk melarang peredaran film "The Passion of Christ" yang sempat menjadi 'box office' dimana-mana.
Selanjutnya, biarkan orang bebas menikmati dan menilai film-film dari berbagai versi tersebut.
Perbedaan narasi film-film tersebut, baik dalam kasus film "His Only Son" maupun "The Passion of Christ," sebenarnya juga bermanfaat positif karena akan menyadarkan banyak orang tentang adanya narasi kebenaran yang berbeda dari berbagai agama.
Buat kaum muslim, film-film tersebut akan menyadarkan mereka bahwa dalam versi Kristen yang dikurbankan Abraham adalah Ishak, bukan Ismael. Begitu juga dalam dalam kisah tentang Yesus Kristus atau Isa Almasih, menurut iman Kristen yang disalibkan itu sungguh-sungguh Yesus Kristus sendiri.
Sebagian muslim mungkin akan berpegangan pada prinsip agama mereka: bagiku agamaku dan bagimu agamamu. Mereka tidak peduli pada perbedaan yang ada dan akan tetap berpegangan pada apa yang sudah diajarkan dalam agama mereka.
Tapi bagi sebagian muslim yang kritis, pasti mereka mulai mencari tahu manakah yang benar: narasi versi Islam atau versi Kristen? Dengan informasi yang tersedia begitu banyak di internet sekarang ini, dengan mudah mereka akan membandingkannya dari berbagai sumber referensi yang ada.
Mereka akan mendapatkan kenyataan bahwa narasi versi Kristen didukung bukti-bukti yang sangat solid. Faktanya, Ismael sudah lama diusir oleh Abraham ketika Tuhan memerintahkan Abraham untuk mengurbankan anaknya. Sehingga satu-satunya anak Abraham saat itu memang hanya Ishak. Selanjutnya semua nabi-nabi Israel, termasuk mereka yang diakui oleh Quran, berasal dari keturunan Ishak, bukan Ismael. Ini membuat seluruh narasi kisah nabi-nabi dalam versi Kristen menjadi lebih utuh dan koheren.
Sementara itu narasi versi Islam bahwa yang dikurbankan adalah Ismael, sebenarnya masih diperdebatkan sampai hari ini di antara para ulama. Memang sebagian besar ulama Islam meyakini Ismael, tapi ada sebagian kecil ulama Islam lainnya yang meyakini Ishak. Sementara itu Quran sendiri tidak pernah menyebut dengan jelas siapa yang dikurbankan. Akibatnya, narasi kisah nabi-nabi versi Islam menjadi tidak utuh, tidak koheren, dan sekaligus membingungkan. Sulit menjelaskan bagaimana mungkin dari Ismael (yang konon dikurbankan oleh Abraham) hanya ada satu keturunan yang menjadi nabi, yaitu Muhamad. Sementara itu dari keturunan Ishak, muncul banyak nabi, termasuk nabi-nabi yang diakui oleh Quran!
Juga dalam masalah penyaliban. Kisah penyaliban Yesus Kristus versi Kristen didukung bukti sejarah yang solid dan narasi kebenaran yang utuh. Sementara itu versi Islam tidak didukung bukti sejarah dan tidak memiliki narasi kebenaran yang utuh.
Akhirnya, semua fakta-fakta itu akan menggiring orang pada sebuah kesimpulan penting: tidak mungkin ajaran Islam dan Kristen sama-sama benar. Salah satu diantaranya PASTI SALAH!. Di tengah begitu banyaknya informasi yang tersedia luas dan dapat diakses melalui internet, kesimpulan tersebut dengan mudah akan muncul di benak mereka yang kritis, jujur, dan menggunakan akal sehat.
Mungkin hal inilah yang ditakutkan oleh anggota DPR yang melarang peredaran film "His Only Son". Dia takut banyak orang akan mengetahui kebenaran yang dapat membebaskan mereka dari agama palsu.
Terima kasih atas perhatian anda...
Viva Christo Rey!
0 Komentar