Transkrip video:

Salam damai dan sejahtera bagi kita semua...

Video tadi adalah cuplikan dari pernyataan kontroversial Fr. James Altman yang dengan tegas menyatakan Jorge Bergoglio bukanlah seorang Paus, dalam sebuah videonya yang diunggah kurang lebih seminggu yang lalu! 

Fr. Altman adalah seorang imam Katolik di keuskupan La Crosse, Amerika Serikat, yang kurang lebih dua tahun lalu disingkirkan oleh Uskupnya akibat keberaniannya mengatakan kebenaran. Sejak saat itu popularitas Fr. Altman terus meningkat sebagai seorang imam yang berani menyatakan kebenaran dengan tegas.

Tapi pernyataannya dalam video yang menolak Paus Fransiskus, menjadi kontroversi yang banyak dibahas oleh berbagai channel Katolik. Sebagian tetap mendukung ketegasan sikap tanpa komprominya, tapi sebagian lainnya mengatakan sikap Fr. Altman sudah melampaui batas.

Terlepas dari kontroversi yang terjadi, pernyataan Fr. Altman telah menambah panjang daftar para klerus yang, langsung ataupun tidak langsung, mulai  bersuara kritis dan berani menentang Paus Fransiskus. Misalnya Uskup Agung Vigano, Uskup Athanasius Schneider, Kardinal Gerhard Muller, Kardinal Raymond Burke, Uskup Joseph Strickland, dan lain-lain. 

Itu semua menandakan adanya krisis serius yang terjadi di Gereja Katolik selama masa kepausan Paus Fransiskus. Krisis ini diperkirakan akan semakin meningkat menjelang diadakannya Sinode para Uskup di Vatikan dalam rangka agenda 'Sinode Untuk Sinodalitas' yang digagas Paus Fransiskus. Banyak orang Katolik, terutama kaum tradisionalis, sangat khawatir sinode para Uskup pada bulan Oktober nanti akan menghasilkan keputusan kontroversial yang semakin menjauhkan Gereja Katolik dari ajaran iman para Rasul.

Bagaimana dengan para Uskup dan imam-imam Katolik di Indonesia?

Sayangnya harus kita akui bahwa di Indonesia kita tidak memiliki Uskup atau imam-imam berkualitas yang berani menyuarakan kebenaran. Kemurtadan besar dalam bentuk berbagai upaya perubahan ajaran sedang terjadi di Gereja Katolik, khususnya di era Paus Fransiskus. Namun para gembala Gereja Katolik di Indonesia, baik Kardinal, Uskup ataupun imam, sampai hari ini tidak satu pun yang bersuara untuk mengingatkan umatnya! Mereka sepertinya lupa pada nasehat Paus St. Felix III yang mengatakan, "Diam terhadap kesesatan sama dengan mendukungnya!"

Dalam Injil Tuhan berkata, "Jika mereka ini diam, batu ini akan berteriak!" (Luk. 19:40). Jika para Uskup dan imam diam, maka biarlah kita yang hanya umat awam bersuara lantang menyatakan kebenaran di tengah krisis yang sedang terjadi di Gereja Katolik saat ini.

Tapi bisakah umat awam menyatakan kebenaran dengan menentang hirarki?

Tentu saja bisa! Dalam sejarah Gereja tercatat Eusebius dari Dorylaeum sejak masih sebagai awam telah bersuara lantang menentang kesesatan Patriarkh Nestorius di abad 5. Pengajaran sesat Patriarkh Nestorius akhirnya dinyatakan sebagai ajaran bidat dalam Konsili Kalsedon (451 M). Jadi, belajar dari sejarah Gereja sebenarnya kita sebagai umat awam dapat menyuarakan kebenaran dengan menentang para imam, Uskup, Kardinal, bahkan Paus, jika mereka menyimpang dari ajaran iman para Rasul!

Kembali pada kasus Fr. Altman...

Keberanian dan ketegasannya menentang tindakan, perbuatan, dan pengajaran bidat dari Paus Fransiskus tentu layak mendapatkan apresiasi. Itulah yang serusnya disuarakan oleh para Kardinal, Uskup, dan para imam yang mencintai Gereja. Namun sayang keputusannya untuk menolak kepausan Fransiskus tidak dapat kita benarkan. Itu menempatkan Fr. Altman pada posisi sedevakantis yang membahayakan iman dan ikut merusak kesatuan Gereja.

Jika Fr. Altman konsisten, semua Paus setelah Paus Pius XII sebenarnya telah terjatuh dalam bidat dan harus ditolak. Maka sedevakantis yang konsisten umumnya menolak kepausan Paus Yohanes XXIII sampai dengan Paus Fransiskus.

Tapi dengan posisi sedevakantis tersebut berarti sekarang sudah tidak ada satu pun kardinal yang valid dan dapat memilih seorang Paus! Itu artinya sudah tidak mungkin lagi ada Paus di Gereja Katolik! Ini bertentangan dengan janji Kristus yang mengatakan Gereja-Nya yang didirikan dengan Petrus sebagai pemimpinnya, akan terus ada sampai akhir jaman (Mat.16:18).

Posisi sedevakantis juga membuat doa Tuhan Yesus kepada Bapa-Nya agar iman Petrus tidak gugur dan setelah insaf ia dapat menguatkan saudara-saudaranya (Luk.22:32), menjadi tidak terkabul. Ini jelas mustahil!

Selain itu, posisi sedevakantis juga bertentangan dengan pesan Bunda Maria di Fatima yang mengatakan akan ada seorang Paus yang mengkonsekrasi Rusia sesuai permintaan. Faktanya, sampai hari ini konsekrasi Rusia kepada Hati Tak Bernoda Bunda Maria belum pernah dilaksanakan sesuai permintaan. Itu artinya Paus Gereja Katolik yang valid pasti tetap ada, setidaknya sampai permintaan Bunda Maria untuk mengkonsekrasi Rusia terlaksana. Sementara itu, posisi sedevakantis yang konsisten jelas menyatakan tidak ada lagi Paus yang valid sejak Paus Pius XII! Itu membuat posisi sedevakantis tidak sejalan dengan pesan Bunda Maria di Fatima!

Intinya: posisi sedevakantis bukanlah posisi yang benar dan dikehendaki Tuhan.

Petrus sebagai Paus pertama pernah dihardik Tuhan Yesus sebagai, "Iblis!" karena kesalahannya yang lebih memikirkan kehendak manusia dari pada kehendak Tuhan (Mat. 16:22). Petrus juga telah menyangkal Tuhan Yesus hingga tiga kali (Mat.26:69-75). Tapi itu semua tidak membuatnya kehilangan posisi sebagai pemimpin para Rasul! Maka memang dimungkinkan bagi seorang Paus terjatuh dalam kesalahan / kesesatan namun tetap menduduki jabatannya sebagai pemimpin Gereja.

Persoalannya, apakah dengan demikian kita harus menerima kenyataan dipimpin oleh seorang Paus yang bidat?

Untuk memahami persoalan ini kita bisa mengambil tipologi Nabi Daniel di masa pembuangan Babel. Pembuangan Babel itu sendiri adalah tipologi keadaan Gereja Katolik setelah Konsili Vatikan II dimana orang-orang yang setia pada iman harus hidup sebagai kaum minoritas di tengah berbagai kesesatan konsili. Kesetiaan iman tanpa kompromi dari Daniel dan teman-temannya yang hidup di tengah kaum pagan Babel dapat menjadi tipologi yang tepat bagi kita yang berusaha tetap setia pada iman para Rasul di tengah Gereja Katolik yang sedang dikuasai ajaran sesat Konsili Vatikan II. 

Begitu juga Daniel yang tidak hanya mengakui kekuasaan raja-raja Babel yang pagan, tapi juga setia mengabdi pada mereka, dapat menjadi tipologi bagaimana kita juga harus tetap mengakui para Paus dan hirarki Gereja Katolik yang sah, meski mereka sudah tidak lagi setia pada iman. 

Tapi ketika raja-raja Babel tersebut memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan iman, Daniel dengan berani menolaknya meski untuk itu ia harus mendapatkan hukuman. Itupun dapat menjadi tipologi bagi kita untuk menolak ajaran dan perintah dari hirarki, bahkan Paus sekalipun, yang bertentangan dengan ajaran iman para Rasul!

Jadi, memang kita harus menerima kenyataan pahit untuk mengakui dan menerima kepemimpinan Paus yang sudah menyimpang dari iman yang benar! Namun, di sisi lain kita pun harus berani menolak tegas semua perintah dan ajarannya yang menyimpang dari ajaran iman para Rasul! Itulah yang dikehendaki Tuhan sebagai bagian dari ujian yang harus kita jalani sebagai sisa umat-Nya yang setia!

Dengan tetap mengakui Paus, kita ikut menjaga Gereja Katolik tetap SATU. Dan dengan setia pada iman para Rasul, kita ikut menjaga Gereja Kristus tetap eksis sampai akhir jaman!

Selain itu, masalah utama dari krisis yang terjadi saat ini bukanlah Paus Fransiskus! Seperti yang berulang-ulang kami sampaikan, menempatkan kesalahan semata-mata pada Paus Fransiskus bukan hal yang bijak. Paus Fransiskus tidak lebih hanyalah manisfestasi paling jelas dari kesesatan yang dihasilkan oleh Konsili Vatikan II. Upayanya yang keras kepala untuk mengubah ajaran Gereja tidak lain adalah penerapan dari Dei Verbum 8 yang mengajarkan bahwa doktrin Gereja terus berkembang menuju kepenuhan kebenaran! Dan sama seperti kebanyakan orang Katolik, Paus Fransiskus adalah korban dari kesesatan Konsili Vatikan II yang perlu kita doakan agar segera terbuka pada kebenaran Roh Kudus.

Mari kita tidak kehilangan fokus untuk tetap setia pada iman para Rasul dengan menolak Konsili Vatikan II dan semua pembaharuannya yang sesat. Itulah akar dari krisis yang terjadi di Gereja Katolik sejak setengah abad terakhir. Sementara itu mari kita juga tetap menjaga kesatuan Gereja Katolik dengan tetap mengakui kepemimpinan Paus Fransiskus seperti yang diteladankan Daniel yang tetap mengakui dan mengabdi pada raja-raja Babel!

Terima kasih atas perhatian anda...

Viva Christo Rey!


Posting Komentar

0 Komentar