Transkrip video:
Salam damai dan sejahtera bagi kita semua...
Video yang baru saja anda lihat tadi adalah video yang diambil pada Misa pemakaman Kardinal Geraldo Majella Agnello pada tanggal 28 Agustus 2023 di Brasil. Tampak dalam video Uskup Agung Geremias Steinmetz menerimakan komuni pada seorang imam muslim bernama Sheikh Ahmad Saleh Mahairi, yang tentu saja tidak langsung memakannya tetapi membawanya pergi begitu saja.
Itu adalah sebuah sakrilegi yang nyata! Pencemaran terhadap hosti kudus yang dilakukan di hadapan dan sekaligus sepengetahuan seorang Uskup Gereja Katolik! Itu juga pelanggaran yang menjadi mungkin terjadi karena kebiasaan penerimaan komuni di tangan seperti yang sekarang biasa terjadi di Misa Novus Ordo!
Hosti kudus atau hosti yang sudah dikonsekrasi adalah Tubuh Kristus yang hanya dapat diterima oleh orang Katolik yang sudah dibaptis dan tidak memiliki dosa berat. Sementara imam muslim tadi jelas tidak dibaptis dalam iman Katolik, oleh karenanya tidak dibenarkan menerima Hosti Kudus!
Yang lebih parah lagi, ketika diminta konfirmasi tentang kejadian tersebut, Uskup Agung Geremias Steinmetz sama sekali tidak menganggap hal tersebut sebagai suatu kesalahan, apalagi menyesalinya. Dia bahkan mengutip dokumen sesat Konsili Vatikan II Nostra Aetate sebagai bagian dari pembenarannya.
Menjadi pertanyaan besar bagi kita, bagaimana mungkin seorang Uskup tidak tahu bagaimana syarat-syarat Hosti Kudus dapat diterimakan? Atau lebih parah lagi, bagaimana mungkin seorang Uskup tidak menghargai Hosti Kudus sebagai Tubuh Kristus yang sebenarnya, sehingga dengan tanpa rasa bersalah menerimakannya pada seorang muslim yang dalam imannya jelas-jelas menolak ketuhanan Yesus?
Penjelasan paling masuk akal dalam masalah ini adalah menyadari kejadian tersebut sebagai bagian dari buah-buah Konsili Vatikan II. Apalagi dalam klarifikasinya Uskup Agung tersebut menggunakan dokumen Nostra Aetate sebagai bagian dari pembenarannya. Jadi, setidaknya di mata Uskup Agung Geremias Steinmetz Konsili Vatikan II telah memberi peluang hal tersebut terjadi.
Pertanyaannya...
Jika akibat Konsili Vatikan II pemahaman seorang Uskup Agung tentang Sakramen Ekaristi menjadi sedemikian parah, entah bagaimana lagi di tingkat imam dan awam?
Sementara itu dalam kunjungannya ke Mongolia baru-baru ini, Paus Fransiskus juga memperlihatkan buah-buah Konsili Vatikan II yang lain...
Ketimbang menjadikan kesempatan itu untuk mewartakan Injil Kristus atau untuk meneguhkan iman umat Katolik yang minoritas di tengah umat beragama lain, Paus Fransiskus memilih untuk mengajak semua orang mempromosikan agamanya masing-masing.
Berikut kutipan dari pernyataan Paus Fransiskus:
"Semoga demikian pula bagi kita, sebagai pengikut setia guru spiritual kita masing-masing dan pelayan setia ajaran mereka, selalu siap untuk menawarkan keindahan ajaran tersebut kepada mereka yang kita temui sehari-hari sebagai teman dan sahabat dalam perjalanan kita."
Alih-alih mewujudkan amanat agung Tuhan kita untuk mewartakan Injil kepada semua bangsa, Paus Fransiskus lebih suka mewartakan gagasan sesatnya sendiri, yaitu dokumen "Human Fraternity" dimana dikatakan keragaman agama adalah suatu keadaan yang dikehendaki Tuhan.
Baik pemberian komuni pada imam muslim oleh Uskup Agung Geremias Steinmetz maupun pesan untuk mempromosikan semua agama oleh Paus Fransiskus di Mongolia, keduanya bersama dengan banyak contoh indiferentisme lainnya adalah buah-buah buruk yang nyata dari Konsili Vatikan II. Upaya untuk menghormati agama lain dan juga membuka diri pada dunia sesuai semangat 'aggiornamento' harus dibayar dengan merendahkan ajaran Kristus, dan bahkan dengan membiarkan sakrilegi terhadap Tubuh-Nya!
Celakanya, keadaan ini tidak akan diperbaiki selama Konsili Vatikan II masih menjadi semangat dan cara pandang Gereja Katolik. Bahkan keadaannya akan semakin parah.
Mengapa demikian?
Melalui Dei Verbum 8, Konsili Vatikan II memberikan gagasan yang sangat menyesatkan bahwa doktrin dan ajaran Gereja terus berkembang atau berevolusi untuk mencapai kepenuhan kebenaran. Bentuk perkembangan atau perubahan ajaran ini bisa bermacam-macam, termasuk diantaranya adalah perubahan cara pandang Gereja Katolik terhadap agama-agama lain.
Sementara kepenuhan kebenaran yang diharapkan masih belum pasti dan sedang diupayakan dalam bentuk berbagai perubahan serta pembaharuan, ada satu hal buruk yang sudah pasti terjadi. Berbagai perubahan yang muncul di Gereja Katolik akibat Konsili Vatikan II sudah pasti... semakin meninggalkan ajaran iman para Rasul!
Ini membuat siapapun yang mengikuti Konsili Vatikan II terjatuh pada kutukan Rasul Paulus yang melarang siapapun mengajarkan ajaran yang berbeda dari ajaran para Rasul (Gal.1:8-9).
Jadi tidak perlu heran jika orang-orang yang terkena kutukan Rasul Paulus ini kemudian membenci Gereja Kristus, dan bahkan membenci Kristus!
Itulah sebabnya Paus Fransiskus dalam beberapa kesempatan tampak sekali membenci Misa Latin Tradisional dan orang-orang Katolik tradisional yang berusaha setia pada iman para Rasul. Itu juga yang menyebabkan Pastor Antonio Spadaro SJ, seorang teman dekat dan penasehat Paus Fransiskus nekad menghujat Tuhan Yesus sebagai sosok yang 'kaku', 'tak berperasaan', dan 'terjebak pada nasionalisme sempit' ketika mengomentari Injil Mat. 15:21-28 dalam sebuah media cetak Italia pada tanggal 20 Agustus 2023 lalu.
Langsung saja komentar Pastor Antonio Spadaro tersebut mendapatkan kecaman keras dari Uskup Agung Vigano:
"Artikel Spadaro bukanlah sebuah provokasi sederhana... namun sebuah manifestasi... dari sebuah gereja tandingan dengan dogma-dogma palsu, ajaran-ajaran palsu, khotbah yang menipu, pelayan-pelayannya yang rusak dan merusak. Sebuah gereja tandingan yang bersujud kepada Antikristus, kepada segala sesuatu yang mewakili penyangkalan dan tantangan terhadap kekuasaan Allah atas manusia."
Kecaman keras Uskup Agung Vigano tampaknya juga sangat tepat untuk ditujukan pada semua buah-buah Konsili Vatikan II, termasuk apa yang dilakukan Uskup Agung Geremias Steinmetz, pesan-pesan ekumenisme Paus Fransiskus, skandal Pachamama, penindasan sistematis terhadap Misa Latin Tradisional, dan berbagai upaya perubahan ajaran Gereja. Itu semua adalah manisfestasi dari sebuah gereja tandingan dengan dogma-dogma palsu, ajaran-ajaran palsu, khotbah menipu, palayan-pelayannya yang rusak dan merusak, yang bersujud pada Antikristus dan menentang Allah Tritunggal!
Sekarang pilihan kita sudah jelas, tetap mengikuti Konsili Vatikan II yang adalah cikal-bakal dari Gereja Antikristus, atau menolak Konsili Vatikan II dan memilih menjadi sisa umat yang setia dari Gereja Kristus.
Terima kasih atas perhatian anda...
Viva Christo Rey!
0 Komentar