Transkrip video:
Salam damai bagi kita semua...
Pada tanggal 16 Juni 2022, Vatikan menerbitkan sebuah dokumen berjudul "Towards A Spirituality For Synodality" (Menuju Spiritualitas Untuk Sinodalitas). Di dalamnya terdapat teks yang mengundang tanda tanya besar dan membuat kita garuk-garuk kepala..
Berikut adalah terjemahan bebas dari kutipannya:
Ketika mempertimbangkan dalam dan melalui kasih, kita dapat mulai memahami realitas pada seluruh hubungannya dan pada tujuan akhirnya untuk berpartisipasi dalam kehidupan tritunggal Allah. Maka pertimbangan tersebut juga suatu keterbukaan hati dalam kasih dan kerahiman terhadap segala sesuatu. Seperti yang diungkapkan oleh St. Isaac dari Niniveh (St. Isaac orang Syria):
"Apa itu hati yang penuh kerahiman? Itu adalah hati yang berkobar-kobar bagi seluruh ciptaan, bagi umat manusia, bagi burung-burung, bagi hewan-hewan, bagi IBLIS, dan bagi semua yang ada."
Dengan kutipan itu dokumen resmi Vatikan tersebut secara implisit menginginkan kita untuk mengasihi segala sesuatu, termasuk iblis! Memang benar St. Isaac dari Niniveh, salah satu orang kudus Gereja Timur, yang mengatakan hal tersebut. Tapi menggunakan pernyataannya sebagai kutipan dalam dokumen resmi tanpa penjelasan yang memadai membuatnya di luar konteks dan menyesatkan.
Harus dimengerti bahwa St. Isaac dari Niniveh hidup di abad 7 dimana saat itu Gereja Syria belum memasukkan Kitab Wahyu dalam kanon kitab suci mereka. Akibatnya St. Isaac jatuh ke dalam paham apokatastasis yang meyakini bahwa pada akhirnya semua yang ada dalam neraka akan dibebaskan karena kasih kerahiman Allah. Jadi dalam konteks itulah St. Isaac dari Niniveh membuat pernyataan tersebut.
Sementara itu Gereja Katolik secara resmi sudah mengutuk pandangan apokatastasis pada Konsili Konstantinopel tahun 543. Maka pernyataan St. Isaac dari Niniveh yang dipengaruhi paham apokatastasis jelas tidak dapat dijadikan rujukan sebagai ajaran iman Gereja.
St. Thomas Aquinas dalam Summa Theologica mengajarkan dua hal ini tentang mengasihi iblis:
Pertama, kita mengasihi agar dapat menjalin relasi persahabatan dengan yang kita kasihi, maka kita tidak dapat mengasihi iblis karena kita tidak dapat menjalin persahabatan dengan iblis.
Kedua, kita mengasihi demi kebaikan bagi yang kita kasihi (misalnya agar mereka bertobat, berubah menjadi lebih baik dan seterusnya), maka kita tidak dapat mengasihi iblis karena iblis tidak mungkin menjadi lebih baik dari kodratnya sebagai malaikat jatuh yang tidak dapat bertobat dan sekaligus bapa segala dusta.
Selanjutnya St. Thomas Aquinas juga mengatakan demikian:
“Dalam diri orang berdosa, kita terikat demi kasih, untuk mencintai kodratnya namun membenci dosanya. Tetapi nama iblis diberikan untuk menunjukkan kodrat yang berubah bentuk karena dosa, oleh karenanya iblis tidak dapat dicintai demi kasih,"
".. yang tidak mungkin bagi kita, demi kasih, untuk menginginkan kebaikan hidup yang kekal, sebagaimana kasih itu dimaksudkan, bagi roh-roh yang telah dikutuk Tuhan selamanya, karena hal itu akan bertentangan dengan kasih kita terhadap Tuhan..."
Dengan demikian menjadi sangat jelas bahwa dokumen Vatikan "Menuju Spiritualitas Untuk Sinodalitas" yang secara implisit menginginkan, atau bahkan dapat dikatakan mengajarkan, kita untuk mencintai iblis demi kerahiman adalah menyesatkan. Dokumen tersebut harus kita tolak atau kita abaikan!
Pertanyaannya, mengapa Vatikan memakai kutipan tersebut dalam dokumennya?
Pasti ada banyak rujukan ajaran Gereja dan perkataan orang-orang kudus yang dapat digunakan untuk menggambarkan kerahiman terhadap manusia dan semua ciptaan Tuhan tanpa melibatkan kasih terhadap iblis yang menyesatkan. Tapi Vatikan seolah sengaja menggunakan kutipan St. Isaac dari Niniveh yang problematik.
Besar kemungkinannya hal ini berkaitan erat dengan skandal pachamama di Basilika St. Petrus pada tahun 2019, yang sampai detik ini tidak pernah disesali atau dinyatakan sebagai kekeliruan. Melalui skandal yang menjijikkan tersebut Gereja Konsili mengajarkan kita bahwa berhala yang merupakan representasi dari penyembahan iblis kaum pagan layak dihormati di tempat kudus, bahkan oleh Paus. Itu kurang lebih tiga tahun yang lalu...
Sekarang, melalui dokumen "Menuju Spiritualitas Untuk Sinodalitas" Gereja Konsili mengajarkan kita untuk mengasihi iblis. Dengan menggunakan akal sehat langkah selanjutnya menjadi sangat jelas: kelak Gereja Konsili akan mengajarkan kita UNTUK MENYEMBAH IBLIS!
Itulah buah yang tak terhindarkan dari semangat Konsili Vatikan II.
Ingat, di tahun 1884 Tuhan memberikan penglihatan penting kepada Paus Leo XIII dimana iblis akan menggunakan seluruh kekuatannya untuk menghancurkan Gereja Katolik dalam kurun waktu 75-100 tahun. Artinya iblis akan menghancurkan Gereja Katolik dari tahun 1959 - 1984. Itulah kurun waktu dimana terjadi Konsili Vatikan II dan proses perusakan terhadap ajaran, liturgi, dan struktur Gereja Katolik.
Apa yang dialami Gereja Katolik dari tahun 1985 sampai hari ini adalah akibat, atau konsekuensi dari kerusakan yang sudah dilakukan oleh iblis dan para pengikutnya terhadap Gereja Katolik. Diantaranya doa bersama semua agama di Asisi tahun 1986, Paus mencium Quran, dokumen sesat "Human Fraternity" dan skandal pachamama di tahun 2019, dan sekarang kita diajarkan untuk mengasihi iblis! Itulah sebagian dari buah-buah buruk KVII yang masih akan terus bertambah.
Jadi sudah cukup banyak buah-buah buruk yang memberikan dasar sangat kuat bagi kita untuk sampai pada kesadaran ini: yaitu bahwa Konsili Vatikan II bukan karya Roh Kudus, melainkan karya roh kegelapan. Jika anda masih menginginkan keselamatan jiwa yang kekal, segera tinggalkan Konsili Vatikan II dan semua semangatnya...
Kitab Wahyu sudah mengingatkan kita:
"Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya. Sebab dosa-dosanya telah bertimbun-timbun sampai ke langit, dan Allah telah mengingat segala kejahatannya." (Why.18:4-5)
Doa bersama semua agama hingga skandal pachamama dan ajaran untuk mengasihi iblis jelas adalah bagian dari dosa-dosa KVII yang sudah bertimbun-timbun sampai ke langit. Tuhan menghendaki kita segera meninggalkan KVII yang menjadi roh dari Gereja Konsili.
Tapi apakah itu berarti kita harus meninggalkan Gereja Katolik?
Sama sekali tidak!
Meninggalkan KVII bukan berarti meninggalkan Gereja Katolik. Kita bisa tetap berada di dalam Gereja Katolik dan setia pada seluruh ajarannya, mengakui Paus dan seluruh hirarki yang sah, tapi menolak KVII dan buah-buahnya. Itu seperti yang dilakukan oleh Mgr. Marcel Lefebvre, kelompok SSPX, dan juga sekarang disuarakan oleh Uskup Agung Vigano.
Anda bisa bergabung dengan komunitas-komunitas Katolik tradisionalis yang menolak KVII seperti misalnya Ordo ketiga SSPX, dan tentunya juga dengan komunitas Crusader Network melalui grup FB. Hanya saja kita perlu berhati-hati agar tidak terjebak pada kelompok sedevakantis yang menolak mengakui Paus serta hirarki yang sah, karena hal itu dapat membuat anda menjadi skismatik dan keluar dari Gereja Katolik. Semakin cepat anda mengambil keputusan, semakin baik bagi keselamatan jiwa anda.
Kemudian bagi rekan-rekan youtuber yang tergabung dalam KKK atau KANAL KODOK KONSILI, atau bisa juga KOMUNITAS KODOK KONSILI, seperti misalnya channel SSCE, DKC, Katsu Katolik, dan lain-lain. Silahkan kalian bahas masalah ini dengan sebaik-baiknya dan simpulkan: apakah kesesatan dokumen Vatikan yang secara implisit mengajarkan kita untuk mengasihi iblis ini masih dapat diterima akal sehat? Atau sebaliknya, sudah saatnya kita semua meninggalkan KVII karena air di panci konsili sudah terlalu panas dan berbahaya?
Terima kasih atas perhatian anda..
Viva Christo Rey!
0 Komentar