Paus Fransiskus Dan Kekalahan Moral Konsili Vatikan II

 

Salam damai dan sejahtera bagi kita semua...

Seperti yang dilaporkan oleh Catholic News Agency (CNA) pada tanggal 14 Juni lalu, dalam wawancara dengan sebuah jurnal Yesuit, Paus Fransiskus terang-terangan mengatakan bahwa banyak kaum restorasionis di Amerika Serikat yang tidak menerima Konsili Vatikan II. Paus Fransiskus mendefinisikan kaum restorasionis ini sebagai orang-orang yang tidak dapat menerima semangat pembaharuan Konsili Vatikan II.

Paus Fransiskus mengatakan demikian, “Restorasionisme muncul untuk membungkam Konsili. Jumlah kelompok 'restorasionis' ini — misalnya cukup banyak, di Amerika Serikat — adalah signifikan.”

Lalu dia menambahkan, "Masalahnya justru ini: dalam konteks tertentu, ajaran Konsili belum diterima! Memang benar dibutuhkan waktu satu abad bagi ajaran konsili untuk berakar. Maka kami masih memiliki 40 tahun untuk membuatnya berakar!”

Ini menarik...! 

Di satu sisi Paus Fransiskus mengakui bahwa setelah 60 tahun, pembaharuan KVII belum juga berhasil dan perlawanan terhadap konsili kini pengaruhnya semakin signifikan. Sebagai catatan, perlawanan terhadap konsili memang sudah ada sejak KVII berakhir, misalnya seperti yang disuarakan secara konsisten oleh Mgr. Marcel Lefebvre. Bedanya, dulu perlawanan mereka dianggap sebagai gangguan kecil bersifat sementara yang akan menghilang ditelan waktu, sementara menurut Paus Fransiskus sekarang perlawanan mereka menjadi signifikan.

Sayangnya, fakta ini tidak membuat Paus Fransiskus tergerak untuk melakukan introspeksi terhadap apa yang mungkin salah dengan KVII. Sebaliknya, Paus Fransiskus tetap percaya bahwa masih ada waktu 40 tahun lagi untuk membuat ajaran Konsili ini bisa berakar di Gereja Katolik. Gagasan omong kosong tentang diperlukannya waktu 100 tahun untuk membuat ajaran KVII berakar dalam Gereja Katolik, semata-mata diambil dari pandangan spekulatif Yves Congar, salah seorang teolog modernis KVII.

Tidak begitu jelas mengapa Paus Fransiskus lebih percaya pada spekulasi bodong dari seorang modernis liberal bernama Yves Congar ketimbang membuka mata pada fakta buah-buah buruk konsili yang terus bertambah? 

Yang paling menarik adalah penyebutan Paus Fransiskus terhadap mereka yang menolak konsili sebagai kaum restorasionis! Sebutan tersebut menempatkan kaum tradisionalis yang berusaha setia pada ajaran Gereja tidak lagi pada posisi pasif dan bertahan, tapi pada posisi yang aktif bergerak untuk memulihkan keadaan Gereja! Setidaknya, situasi itulah yang mulai dirasakan oleh Paus Fransiskus dengan makin bertambahnya kaum penentang KVII dan semakin vokalnya suara mereka akibat keterbukaan informasi.

Hal itu dapat terlihat dari berbagai perubahan sikap Paus Fransiskus terhadap mereka yang menolak konsili....

Pada tanggal 30 Januari 2021, Paus Fransiskus mengatakan demikian, "(Konsili Vatikan II) adalah magisterium Gereja Katolik. Pilihannya adalah kalian bersama dengan Gereja, dan karenanya mengikuti konsili, atau jika kalian tidak mengikuti konsili atau menafsirkannya menurut kehendak sendiri, kalian tidak bersama Gereja."

Secara implisit, melalui pernyataannya ini Paus Fransiskus membuat dikotomi antara mereka yang mendukung KVII dan yang menolaknya. Sekaligus ia mengatakan bahwa mereka yang menolak KVII ada di luar Gereja. Dapat dikatakan pernyataan tadi adalah ungkapan keinginan Paus Fransiskus untuk mengeliminasi kaum tradisionalis penentang KVII dengan cara menempatkan posisi mereka di luar Gereja.

Pernyataan ini tentu saja tidak punya kekuatan hukum apapun karena hanya merupakan pendapat pribadi Paus Fransiskus dan bukan pernyataan resmi dari magisterium Gereja Katolik. Selain itu Paus Fransiskus memang tidak dapat merumuskannya dalam bentuk formal, misalnya secara resmi menjatuhkan sanksi ekskomunikasi bagi mereka yang menentang KVII.

Alasannya jelas... hal itu akan mencederai semangat ekumenisme KVII!

Bayangkan... bagaimana mungkin orang-orang yang setia pada ajaran Gereja Katolik tapi menolak KVII dianggap berada di luar Gereja, sementara di saat yang sama, melalui semangat ekumenisme Gereja Konsili berusaha merangkul orang-orang Kristen yang tergolong skismatik dan bidat sebagai bagian tak terpisahkan dari Gereja?

Ini seperti yang terungkap dalam katekese yang dilakukan Paus Fransiskus pada tanggal 2 Februari lalu.

Berikut kutipan pernyataan Paus Fransiskus dalam katekese tersebut:

“Tidak ada yang bisa memisahkan diri mereka dari Gereja, kita semua adalah orang berdosa yang diselamatkan..." Menurut Paus Fransiskus semua orang yang sudah dibaptis adalah bagian dari Gereja dan tidak dapat terpisahkan... Tentu saja ini pernyataan bidat karena ajaran Gereja Katolik jelas mengatakan seseorang dapat terpisah dari Gereja Katolik karena berbagai sebab, apakah itu karena skismatik, bidat, murtad, atau karena berdosa berat maupun karena diekskomunikasi...

Pernyataan bidat ini diperjelas lagi pada kesempatan yang sama, "'Bapa, mari kita pikirkan tentang mereka yang menyangkal iman, yang murtad, mereka yang menganiaya Gereja, mereka yang menyangkal pembaptisan mereka: Apakah mereka juga ada di dalam?' Ya, mereka juga. Mereka semua. Para penghujat, semuanya...”

Jadi menurut Paus Fransiskus, kaum skismatik seperti Gereja Ortodoks, kaum bidat seperti berbagai denominasi Protestan, dan semua orang Kristen yang telah murtad, bahkan juga para penghujat tetap dipersatukan di dalam Gereja! 

Konsekuensinya... bagaimana mungkin mereka yang mengimani seluruh ajaran Gereja Katolik tapi menolak Konsili Vatikan II harus dinyatakan ada di luar Gereja? Tentu tidak mungkin! Suka atau tidak, hirarki Gereja Konsili harus menerima kaum tradisionalis yang menentang KVII sebagai bagian dari Gereja Katolik dan TUDAK DAPAT TERPISAHKAN.

Nah... inilah posisi dilematis hirarki Gereja Konsili yang sekaligus menjadi dasar kuat bagi para penentang konsili untuk tetap teguh dalam sikap mereka!

Dengan demikian hirarki Gereja konsili memang tidak akan dapat berbuat apapun terhadap kaum tradisionalis penentang konsili selain dengan menindas, mendiskreditkan, dan mem-bully mereka. Salah satunya dengan menghapuskan secara perlahan Misa Latin Tradisional seperti yang dilakukaan oleh Paus Fransiskus dalam Motu Proprio "Traditiones Custodes" pada tahun 2021 yang lalu.

Tapi lebih dari itu, misalnya melakukan ekskomunikasi secara resmi terhadap mereka yang menolak KVII tidak akan dapat dilakukan karena itu justru akan merusak agenda ekumenisme KVII dan membuat mereka, yaitu para hirarki Gereja konsili, tampak sebagai kaum hipokrit di mata seluruh dunia.

Keadaan ini adalah sebuah kekalahan moral bagi KVII dan para pendukungnya. Mereka harus menerima kenyataan pahit bahwa gerakan menentang KVII yang dimulai oleh Mgr. Marcel Lefebvre kini berkembang makin kuat di seluruh dunia, dan ironisnya mereka tidak dapat berbuat apa-apa untuk menghilangkannya karena terlanjur terjebak dalam semangat ekumenisme KVII.

Sebaliknya keadaan ini menjadi kemenangan moral bagi kaum tradisionalis yang menentang KVII, terlebih lagi karena Paus Fransiskus kini memposisikan mereka sebagai kaum restorasionis yang ingin memulihkan kembali keadaan Gereja Katolik. Ini menempatkan kaum tradisionalis pada posisi Yudas Makabe modern... yaitu orang-orang yang setia dalam iman Katolik dan berjuang untuk kembali memulihkan Gereja Kristus dari berbagai pencemaran dan kerusakan.

Ini sekaligus membuktikan bahwa adanya pemisahan lalang dan gandum dalam satu ladang adalah fakta yang tidak dapat disangkal. Juga pandangan Uskup Agung Vigano yang mengatakan adanya gereja paralel yang dibangun sejak KVII ternyata memang benar adanya.

Sekarang gandum dan lalang itu ada di dua kelompok ini:

Kelompok pertama, adalah mereka yang mendukung KVII dan terus mengubah Gereja Katolik dengan alasan mengikuti perkembangan jaman. Kelompok kedua, mereka yang setia pada ajaran Gereja Katolik tradisional dan sebagai konsekuensinya menentang KVII serta ingin memulihkan kembali keadaan Gereja Katolik dari berbagai kerusakan.

Lalu manakah gandum yang ditanam Tuhan? Mereka yang setia pada ajaran Gereja Katolik atau mereka yang mendukung KVII dan segala perubahan yang diakibatkannya?

Jawabannya tentu sangat jelas: gandum yang ditanam Tuhan adalah mereka yang setia pada ajaran Gereja Katolik dan menolak KVII. Sementara mereka yang mendukung KVII tidak lebih dari lalang yang bibitnya ditaburkan si jahat. Dalam iman saya percaya, bahwa dikotomi ini pada akhirnya akan menjadi penggenapan nubuat Kitab Suci tentang dua kelompok umat Tuhan, yaitu sisa umat yang jumlahnya sedikit namun setia dan mayoritas umat Tuhan yang menjadi murtad. 

Tentu saja Tuhan menginginkan kita menjadi sisa umat-Nya yang setia. Maka dari itu segera tinggalkan KVII dan jadilah bagian dari gandum yang sedikit namun setia, seperti yang dikehendaki Tuhan.

Terima kasih atas perhatian anda...

Viva Christo Rey!


Posting Komentar

0 Komentar