Pax vobis, salam damai dan sejahtera bagi kita semua...
Beberapa hari lagi kita akan memperingati hari Raya Pentakosta dimana sembilan hari setelah kenaikan Tuhan kita para rasul mendapatkan curahan Roh Kudus. Kejadian tersebut sekaligus menandai berdirinya Gereja Kristus yang satu, kudus, katolik, dan apostolik.
Menjadi relevan kalau kita gunakan momen ini untuk membahas sebuah fenomena gerakan spiritual yang selalu mengkaitkan dirinya dengan anugerah-anugerah Roh Kudus, yaitu gerakan Karismatik. Seperti yang menjadi ciri khas channel CN, saya akan membahasnya dari sudut pandang yang berbeda dari para pendukung Konsili Vatikan II... Dan saya akan membahasnya tanpa basa-basi.
Selama bertahun-tahun saya mengenal dan mengamati gerakan Karismatik Katolik, ada dua kesimpulan awal yang dapat saya tarik. Pertama, gerakan karismatik Katolik selalu bersemangat ekumenis dan sekaligus pendukung loyal KVII. Yang kedua, gerakan karismatik Katolik yang menekankan kebebasan ekspresi pribadi dalam berdoa/beribadat, baik langsung maupun tidak langsung telah ikut andil dalam nyaris semua kekacauan liturgis dan berbagai saklrilegi di Gereja Katolik. Anda boleh tidak setuju, tapi kesimpulan negatif itulah yang saya amati...
Dalam video ini kita akan membahasnya lebih jauh untuk melihat lebih dalam lagi sisi gelap dari gerakan Karismatik Katolik ini.
Kita akan mengawali pembahasan ini dengan melihat akar biblis dari anugerah bahasa roh yang menjadi ciri-khas gerakan Karismatik Katolik. Harus kita akui dengan jujur, anugerah bahasa roh, atau disebut juga glosolalia, memang disebut dalam Kitab Suci dan diakui sebagai anugerah Tuhan. Tapi apa yang tertulis dalam Kitab Suci tentang bahasa roh tidaklah sehebat yang dipikirkan golongan Karismatik Katolik yang terkesan meninggikan karunia tersebut secara berlebihan.
Rasul Paulus menulis demikian:
...usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat.
Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia. Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur. Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Gereja.
Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh... (1Kor.14:1-5).
Selanjutnya Rasul Paulus juga berkata demikian:
Karena itu karunia bahasa roh adalah tanda, bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman; sedangkan karunia untuk bernubuat adalah tanda, bukan untuk orang yang tidak beriman, tetapi untuk orang yang beriman (1Kor.14:22).
Disini amat jelas, sekalipun Rasul Paulus mengakui adanya karunia bahasa roh, ia menempatkannya sebagai karunia yang inferior, atau lebih tendah, dari karunia untuk bernubuat. Karunia bahasa roh juga dikatakan hanya bermanfaat bagi individu dan tidak bermanfaat bagi banyak orang.
Yang menarik, Rasul Paulus menambahkan perkataan ini:
...usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat dan janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh (1Kor.14:39).
Rasul Paulus menganjurkan kita untuk mencari karunia bernubuat. Sedangkan mengenai karunia bahasa roh, Rasul Paulus tidak secara khusus menganjurkan kita untuk mencarinya. Meski demikian ia membiarkan karunia tersebut tetap ada sebagai penghiburan dan peneguhan bagi umat yang baru mengenal iman Kristen. Setelah orang-orang itu bertumbuh dalam iman yang semakin kuat dan memperoleh karunia yang lebih tinggi, pada akhirnya mereka akan meninggalkan karunia bahasa roh.
Hal itu seperti yang juga dikatakan oleh Rasul Paulus:
Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu (1Kor.13:11).
Maka tidak perlu heran jika karunia bahasa roh yang kekanak-kanakan ini hanya muncul di periode awal sejarah Gereja, dimana umat Kristen masih membutuhkannya untuk menguatkan iman mereka. Namun setelah abad keempat, yaitu setelah Gereja bertumbuh menjadi lebih dewasa, kita tidak lagi mendengar fenomena bahasa roh ini. Kesimpulannya, sejak abad keempat dan seterusnya Gereja sudah tidak membutuhkan lagi karunia bahasa roh yang kekanak-kanakan. Hal itu sejalan dengan apa yang dikatakan oleh St. Agustinus.
Dengan demikian keberadaan gerakan Karismatik Katolik yang muncul setelah Konsili Vatikan II, sudah pasti tidak berasal dari dalam Gereja Katolik yang sejak lama sebenarnya sudah tidak membutuhkannya lagi. Faktanya, gerakan karismatik ini memang berasal dari pengaruh di luar Gereja Katolik.
Dalam berbagai referensi, gerakan karismatik ini disebutkan muncul pertama kali di awal abad 20 di kalangan denominasi Protestan Pentakosta. Gerakan ini kemudian berkembang pesat sekitar tahun 1960-an di Amerika Serikat sebelum akhirnya menyebar ke seluruh dunia.
Selain ditandai dengan penekanan pada bahasa roh dan karunia-karunia roh lainnya, gerakan karismatik ini juga ditandai dengan semangat yang saya sebut sebagai "semangat kumbaya". Yaitu semangat kebersamaan dalam roh yang cenderung mengabaikan segala perbedaan, termasuk perbedaan doktrin. Tanyakanlah pada semua pengikut gerakan karismatik, baik di denominasi Protestan maupun di Katolik, mereka akan setuju bahwa semangat kumbaya ini memang selalu ada dalam setiap pertemuan karismatik.
Semangat kumbaya yang ada dalam gerakan Karismatik ini sejalan dengan agenda ekumenisme yang sedang diupayakan oleh hirarki Gereja Katolik sejak Konsili Vatikan II. Mungkin karena alasan itu maka Kardinal Suenens yang dikenal sebagai salah seorang tokoh liberal dalam Konsili Vatikan II, aktif berusaha memperkenalkan gerakan ini ke dalam Gereja Katolik. Akhirnya pada tahun 1975 Paus Paulus VI meresmikan kehadiran gerakan karismatik di dalam Gereja Katolik.
Rasul Yohanes berkata demikian, "..janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah.." (1Yoh.4:1). Maka sudah seharusnya kitapun perlu menguji apakah roh yang ada dalam gerakan karismatik ini berasal dari Allah atau bukan.
Dalam Injil Tuhan kita Yesus Kristus berkata demikian tentang Roh Kudus, "..Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu..." (Yoh.14:26). Dengan demikian jelas Roh Kudus tidak mungkin mengajarkan apapun yang betentangan dengan ajaran Tuhan kita Yesus Kristus. Prinsip ini harus kita pegang teguh untuk menguji setiap roh...
Sekarang perhatikan baik-baik... semangat kumbaya yang cenderung kompromistis dan mengabaikan perbedaan doktrin, sangat melekat di dalam setiap gerakan karismatik. Pertanyaannya, apakah Tuhan pernah mengajarkan kita untuk mengabaikan perbedaan doktrin ajaran? Apakah Tuhan pernah mengajarkan kita untuk mentoleransi kesesatan atau mengkompromikan kebenaran-Nya? Sama sekali tidak!
Tuhan kita bahkan tidak membiarkan satu iotapun Sabda Tuhan dikurangi (Mat.5:18-19). Selain itu, kita dapat melihat dalam seluruh Injil, jika menemukan pernyataan atau perbuatan yang salah, tidak peduli sekecil apapun itu, Tuhan kita selalu mengoreksinya! Maka mustahil Tuhan Yesus menghendaki kita untuk mengabaikan perbedaan doktrin ataupun mentoleransi kesesatan. Sama sekali mustahil! Dengan demikian dapat kita simpulkan roh yang mempengaruhi gerakan karismatik untuk mengabaikan perbedaan doktrin dan mengkompromikan kebenaran sebagaimana yang tampak dalam semangat kumbaya, pasti bukan Roh Kudus!
Tapi mungkin para pendukung karismatik akan protes, bagaimana mungkin itu bukan Roh Kudus sedangkan mereka selalu berdoa dalam nama Yesus? Jawabannya sederhana saja! Berdasarkan pernyataan Tuhan kita dalam Mat.7:21-23, memang dimungkinkan ada orang-orang yang mengira diri mereka pengikut Yesus, bernubuat dan mengadakan mujizat dalam nama Yesus, namun dalam kenyataannya Tuhan sendiri menyangkal dan mengusir mereka. Itulah yang diajarkan Injil!
Mengapa demikian?
Dengan memahami bagaimana gerakan karismatik ini muncul, kita dapat mengerti mengapa hal itu bisa terjadi...
Sejak reformasi Martin Luther, sebagai akibat dari penolakan atas ajaran dan sakramen-sakramen Gereja Katolik, iman banyak orang Protestan lambat-laun menjadi kering dari perjumpaan yang akrab dan nyata dengan Tuhan. Lama kelamaan mereka pun merindukan pengalaman rohani dan perjumpaan akrab dengan Tuhan sebagaimana yang dialami oleh setiap orang Katolik melalui Sakramen Ekaristi.
Jika mereka mengikuti kehendak Tuhan dan bukan keinginan mereka sendiri, seharusnya kerinduan itu dipenuhi dengan cara kembali ke dalam Gereja Katolik dan menerima Sakramen Ekaristi yang akan mempersatukan mereka secara nyata dengan Tuhan. Tapi mereka menolak untuk mengikuti kehendak Tuhan dan berusaha mencari sendiri pengalaman rohani atau perjumpaan akrab dengan Tuhan di luar apa yang sudah disediakan Tuhan!
Bisa dibayangkan apa yang terjadi jika Tuhan kita, yang dengan harga sangat mahal berupa pengorbanan-Nya di kayu salib, sudah menyediakan sarana terbaik untuk bersatu dengan-Nya melalui Sakramen Ekaristi tapi orang menolak? Apakah Tuhan akan tunduk pada keinginan manusia dan menyediakan sarana yang lain sebagai pengganti? Tentu saja tidak! Mustahil ada yang dapat menggantikan Sakramen Ekaristi!
Konyolnya, orang-orang karismatik mengira mereka dapat membujuk Roh Kudus untuk memberikan pengalaman dan anugerah rohani yang dapat menggantikan Sakramen Ekaristi yang sudah terlanjur mereka tolak. Tentu saja Roh Kudus tidak akan mau.
Akibatnya, pengalaman dan anugerah rohani yang didapat oleh orang-orang karismatik bukan berasal dari Roh Kudus, tapi dari roh lain yang memanfaatkan pembangkangan orang-orang Protestan untuk menyesatkan mereka semakin jauh. Roh lain tersebut adalah roh tidak kudus!
Bukan kebetulan kalau fenomena bahasa roh dan berbagai karunia roh lain yang didapat dalam gerakan karismatik punya kemiripan dengan fenomena yang terjadi dalam yoga kundalini!
[klip video perbandingan karismatik dan yoga kundalini]
Seperti yang diakui sendiri oleh para pengikut yoga kundalini, fenomena spiritual yang dialami dalam yoga kundalini berasal dari kekuatan roh yang dibangkitkan melalui berbagai macam mantra, latihan pernafasan dan olah tubuh. Hal yang semacam itu tidak dikenal dalam ajaran Tuhan, oleh karenanya sudah pasti bukan karya Roh Kudus.
Maka sangat beralasan kalau kita katakan roh yang bekerja dalam gerakan karismatik adalah roh yang sama seperti yang juga bekerja dalam yoga kundalini. Keduanya adalah roh tidak kudus alias iblis!
Celakanya gerakan karismatik yang tidak berasal dari Roh Kudus inilah yang sejak Konsili Vatikan II masuk ke dalam Gereja Katolik. Karena sejak Konsili Vatikan II dan penerapan Misa Novus Ordo, kekayaan iman Katolik tradisional secara sistematis sengaja dimiskinkan, maka gerakan Karismatik Katolik mendapat kesempatan besar untuk berkembang. Spiritualitas palsu yang ada dalam gerakan ini dianggap berhasil mengisi kekeringan spiritual dalam Gereja Katolik pasca-konsili.
Mengingat gerakan karismatik Katolik juga kental dengan semangat kumbaya seperti yang ada pada gerakan karismatik di Protestan, maka gerakan inipun pasti diinspirasi oleh roh tidak kudus yang sama. Ini bukan pernyataan tanpa bukti!
Berikut adalah kesaksian dari Fr. Chad Ripperger, seorang eksorsis terkenal...
[video klip Fr. Chad Ripperger]
Dan ada juga kisah yang diungkapkan oleh almarhum Fr. Nicholas Grunner, seorang imam yang sangat gigih memperjuangkan pesan-pesan Bunda Maria di Fatima...
[video klip Fr. Nicholas Grunner]
Itu semua memperkuat fakta bahwa gerakan karismatik Katolik memang berasal dari kuasa gelap.
Paus Paulus VI pernah mengatakan, ".. melalui suatu celah asap setan masuk ke dalam altar Tuhan.." Sangat mungkin gerakan karismatik Katolik ini adalah asap setan yang masuk ke dalam Gereja Katolik melalui celah yang diciptakan oleh Konsili Vatikan II dan sekarang menimbulkan banyak kerusakan! Dapat kita katakan gerakan karismatik Katolik ini tidak lain adalah kuda troya dari roh tidak kudus yang masuk ke dalam Gereja Katolik dengan tujuan untuk merusaknya dari dalam.
Mungkin pendukung gerakan karismatik Katolik berdalih: meski gerakan karismatik berasal dari luar Gereja Katolik namun kegiatan mereka sudah mengalami proses pemurnian selama bertahun-tahun sehingga unsur-unsur non-Katolik tidak lagi terdapat di dalamnya.
Itu dalih omong kosong!
Sebaik apapun proses pemurnian yang dilakukan pada gerakan karismatik Katolik tetap tidak akan mampu menyingkirkan semangat kumbaya yang secara intrinsik melekat dalam gerakan ini.
Bagaikan kuningan, diolah dan dipoles dengan cara apapun mustahil berubah jadi emas. Demikian juga gerakan karismatik Katolik memang berasal dari iblis, maka dimurnikan dengan cara apapun gerakan itu tetap akan menjadi alat iblis untuk merusak Gereja Katolik dari dalam!
Akhirnya saya ingin mengajak anda semua yang terlibat aktif dalam gerakan karismatik Katolik untuk mengingat kembali apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus tentang karunia bahasa roh yang menjadi ciri khas setiap gerakan karismatik. Kalaupun karunia tersebut memang berasal dari Roh Kudus, itu hanyalah karunia tingkat rendah dan kekanak-kanakan yang sudah seharusnya kita tinggalkan jika kita ingin menjadi dewasa dalam iman! Gereja Katolik yang nyaris berusia dua milenium sudah tidak membutuhkan karunia-karunia rohani yang kekanak-kanakan seperti bahasa roh.
Itu kalau roh yang bekerja dalam gerakan Karismatik memang benar Roh Kudus. Masalahnya, berdasarkan apa yang sudah saya sampaikan tadi gerakan karismatik Katolik tidak berasal dari Roh Kudus.
Pertimbangkan ketiga alasan ini: pertama, gerakan karismatik berasal dari luar Gereja Katolik. Kedua, Gereja Katolik sudah lama tidak membutuhkan lagi karunia rohani yang kekanak-kanakan seperti halnya bahasa roh dalam gerakan karismatik. Dan yang ketiga, gerakan karismatik sangat kental dengan semangat kumbaya yang kompromistis dan toleran terhadap kesesatan. Ketiga alasan tersebut sudah cukup untuk menyimpulkan bahwa gerakan karismatik Katolik berasal dari kuasa gelap dan musuh-musuh Gereja. Sudah seharusnya kita jauhi gerakan tersebut demi keselamatan jiwa kita dan banyak orang.
Kalau kita menginginkan pengalaman rohani dan perjumpaan akrab dengan Tuhan, tidak ada yang lebih baik dari Sakramen Ekaristi. Lalu untuk apa lagi kita mencarinya dalam gerakan karismatik? Tinggalkan gerakan karismatik dan kembalilah menghayati perjumpaan dengan Tuhan melalui Sakramen Ekaristi. Mari kita pulihkan kembali kekayaan ajaran, devosi, dan liturgi Gereja Katolik tradisional yang sangat kaya akan anugerah Roh Kudus.
Jangan sampai kelak Tuhan berkata pada kita, "...Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" karena kita telah ikut merusak Gereja-Nya dengan semangat kumbaya dan berbagai karya iblis lainnya yang hadir melalui gerakan Karismatik Katolik ini.
Terima kasih atas perhatian anda...
Viva Christo Rey!
0 Komentar