Dalam beberapa minggu terakhir ini media sosial khususnya youtube sedang diramaikan oleh polemik konsep trinitas. Ini dipicu oleh munculnya orang-orang yang mengaku Kristen namun menentang doktrin trinitas dengan alasan konsep itu tidak alkitabiah dan sebagainya. Tidak hanya satu tapi ada beberapa orang yang saling mendukung satu dengan lain.
Tentu saja ini kemudian direspon oleh orang-orang Kristen lainnya sebagai pandangan sesat yang telah dikutuk sejak lama oleh Gereja universal. Ini yang kemudian memunculkan polemik berkepanjangan karena kaum untarian tersebut tidak hanya berkeras dengan sikap mereka tapi juga mendapatkan dukungan yang cukup banyak dari orang-orang Kristen lainnya. Ini bisa terlihat dari berbagai komentar yang muncul di kolom-kolom komentar pada setiap video.
Bagi para pendukungnya, pandangan unitarian ini dilihat sebagai jalan keluar yang melegakan dari kebuntuan pemahaman mereka yang dangkal atas doktrin trinitas. Jadi tidak perlu heran kalau pandangan unitarian ini cukup banyak pendukungnya karena orang-orang Kristen yang kesulitan dengan paham trinitas ini memang banyak. Itu harus diakui.
Selain itu pembelaan keras dan tegas dari kaum trinitarian dipandang sebagai sikap yang semena-mena terhadap kebebasan berpikir atau berekspresi dalam iman Kristen. Ini yang kemudian memunculkan simpati sebagian Kristen yang memandang kaum unitarian ini sebagai kelompok yang teraniaya.
Jika masalah polemik trinitas ini tidak segera diatasi maka perpecahan di kalangan umat Kristen akan makin parah dan pasti akan merusak iman Kristen mereka. Perpecahan ini suka atau tidak akan menimbulkan pertanyaan besar pada sebagian umat Kristen akan klaim-klaim kebenaran iman Kristen itu sendiri. Mana sesungguhnya iman Kristen yang benar? Jelas ini bukan pertanda yang baik!
Dengan demikian polemik trinitas ini harus segera diselesaikan karena jika dibiarkan berlarut-larut dapat menyesatkan banyak jiwa, menambah parah perpecahan kekristenan, dan akhirnya merusak upaya pewartaan Injil.
Untuk itu saya akan membahas masalah ini dalam beberapa bagian. Tujuannya tidak hanya untuk menunjukkan kesesatan unitarian dan sekaligus mempertegas kebenaran konsep trinitas, tapi juga untuk mengambil pelajaran penting dari polemik ini.
Saya akan mulai pada bagian pertama ini dengan membahas polemik tersebut dan mencari jalan keluar untuk menyelesaikannya...
Karena saat ini ada banyak denominasi Kristen dan sebagian besar orang Kristen sudah terlanjur memandang keadaan itu sebagai kewajaran, maka ketika berhadapan dengan perbedaan doktrin diantara berbagai denominasi, banyak orang Kristen yang cenderung mencari solusi pragmatis. Secara umum orang Kristen cenderung berupaya mencari kompromi dan toleransi agar semua denominasi Kristen yang berbeda-beda itu dapat hidup saling berdampingan dengan damai.
Mentalitas kompromistis ini juga ikut terbawa ketika terjadi perbenturan antara pandangan trinitarian dengan unitarian. Akibatnya, sebagian orang Kristen merasa risih dengan perseteruan tajam yang terjadi dan menganggap perbedaan ini seharusnya dapat didamaikan sebagaimana banyak perbedaan doktrin lainnya.
Pertanyaannya, apakah kita dapat mencari kompromi dari kedua pandangan ini? Jawabannya tegas: mustahil!
Kedua posisi, trinitarian dan unitarian saling berseberangan satu sama lain. Yang satu merupakan antitesis dari yang lain. Jika ajaran Kristen bersifat trinitarian maka pandangan unitarian harus dibuang dan dinyatakan sesat, demikian juga sebaliknya. Tidak mungkin ada kompromi diantara keduanya dan tidak mungkin ada perdamaian diantara kedua pandangan tersebut!
Jika kedua pandangan tersebut tidak dapat dikompromikan, apakah kembali pada Alkitab dapat menjadi solusi untuk memutuskan mana yang benar?
Juga tidak! Pandangan trinitarian menyatakan Alkitab mendukung konsep trinitarian sejak Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru. Mulai dari kisah penciptaan dimana Tuhan berkata, "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita..." (Kej.1:26) hingga pernyatan dalam Injil, "..Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus.." (Mat.28:19).
Tapi pandangan unitarianpun menggunakan teks-teks Alkitab untuk mendukung posisi mereka. Bahkan teks-teks yang sama dapat ditafsirkan secara berbeda oleh kaum trinitarian dan unitarian untuk mendukung posisi mereka masing-masing! Dengan demikian pilihan untuk kembali pada teks-teks Alkitab tidak menolong sama sekali karena teks-teks Alkitab tidak dapat menafsirkan dirinya sendiri.
Bagaimanapun teks Alkitab perlu ditafsirkan oleh manusia dan penafsiran tersebut dapat terjatuh pada penafsiran subyektif yang berbeda-beda! Ada 10 orang membaca teks yang sama bisa jadi muncul 10 penafsiran yang berbeda-beda! Maka mendasarkan kebenaran pada teks Alkitab saja... jelas tidak cukup.
Kenyataan ini akhirnya menempatkan prinsip sola-scriptura pada posisi yang dilematis. Di satu sisi dalam prinsip sola scriptura kebenaran harus merujuk pada Alkitab saja, tapi di sisi lain kebenaran dalam Alkitab pada akhirnya jatuh pada subyektivitas orang-orang yang menafsirkannya! Akibatnya kebenaran dalam Alkitab tidak lagi bersifat obyektif tapi subyektif. Ini terlihat dari perpecahan pada golongan Protestan yang terjadi terus-menerus sejak awal gerakan reformasi Martin Luther hingga hari ini.
Maka sudah jadi konsekuensi logis jika teks-teks Alkitab saja tidak sanggup memberikan penyelesaian akhir terhadap polemik trinitas.
Ada pelajaran penting yang dapat kita tarik: polemik trinitas yang sekarang sedang terjadi menunjukkan kepada kita semua bahwa prinsip sola-scriptura selalu akan memunculkan perbedaan penafsiran dan tidak mungkin dipertahankan lagi.
Tapi apakah itu berarti teks-teka Alkitab tidak dapat dipercaya sebagai sumber kebenaran?
Tentu bukan seperti itu. Alkitab adalah sumber kebenaran iman Kristen karena ditulis dalam inspirasi Roh Kudus sebagai Sabda Tuhan. Kata kuncinya adalah: dalam inspirasi Roh Kudus! Maka Alkitab hanya dapat menyatakan kebenaran Sabda Tuhan jika kita memahaminya dalam inspirasi Roh Kudus.
Itulah yang dilakukan oleh Gereja selama berabad-abad dengan selalu berupaya memahami apa yang tertulis dalam Alkitab dalam terang Roh Kudus. Ini sesuai dengan apa yang sudah dijanjikan oleh Yesus sendiri bahwa Ia akan mengirim Penolong yang lain yang akan mengajarkan murid-muridnya-Nya segala sesuatu yang telah diajarkan-Nya (Yoh.14:26).
Karena ini adalah janji Tuhan Yesus sendiri, maka dalam iman kita percaya bahwa sejak abad pertama Roh Kudus PASTI telah mengajarkan kepada para Rasul dan penganti mereka, termasuk para bapa-bapa Gereja, semua yang diajarkan Yesus Kristus Tuhan kita dengan benar. Karena Roh Kudus tidak mungkin gagal, maka kebenaran yang dipahami oleh Gereja juga PASTI KONSISTEN dari waktu ke waktu sampai dengan hari ini.
Konsekuensinya semua ajaran Kristen yang benar harus sejalan dengan apa yang dipahami dan diajarkan oleh para rasul serta penggantinya, sejak abad pertama hingga hari ini. Dengan demikian ajaran yang berbeda dengan apa yang telah dipahami dan diajarkan oleh Gereja secara konsisten dan berkesinambungan, adalah ajaran yang salah. Prinsip ini juga berlaku ketika kita menafsirkan Alkitab.
Itu sebabnya Rasul Paulus mengutuk keras siapapun yang mengajarkan ajaran atau Injil yang berbeda dengan apa yang telah diterima dan diajarkan oleh para rasul secara konsisten (Gal.1:8-9).
Nah, dengan memahami ini maka kita memperoleh titik terang bagaimana menyelesaikan polemik trinitas ini dengan tepat dan tanpa keraguan lagi....
Karena Roh Kudus berkarya dalam Gereja untuk mengajarkan seluruh kebenaran, maka ajaran Kristen yang benar harus dapat dibuktikan kesesuaian dan konsistensinya tidak hanya dengan teks-teks Alkitab saja tapi juga dengan seluruh ajaran yang telah diterima dan diajarkan oleh para rasul serta pengganti mereka. Dengan memahami prinsip ini maka kita memiliki kebenaran iman obyektif yang dapat menjadi rujukan ajaran iman Kristen secara mutlak dan tidak dapat salah.
Maka tepat sekali ketika para pendukung trinitarian mengajukan kredo yang diputuskan dalam Konsili Nikea sebagai rujukan untuk menyatakan kebenaran konsep trinitas. Jika kita percaya pada karya Roh Kudus yang tidak mungkin gagal, maka kita juga percaya bahwa kredo trinitarian pada Konsili Nikea sudah konsisten dengan apa yang dipahami dan diajarkan oleh para rasul serta pengganti mereka.
Sebaliknya kaum unitarian yang berakrobat memaksakan penafsiran subyektifnya atas teks-teks Alkitab, terus menyangkal kebenaran yang sudah diterima oleh Gereja secara konsisten dan berkesinambungan. Termasuk dengan menyangkal rumusan kredo Nikea. Ini memang harus mereka lakukan karena mereka tahu bahwa pandangan unitarian tidak akan konsisten dengan apa yang dipercaya serta diajarkan oleh para rasul dan pengganti mereka. Menjadikan ajaran bapa-bapa Gereja sebagai rujukan adalah kartu mai buat kaum unitarian!
Tapi tanpa mereka sadari, dengan menyangkal apa yang diterima dan diajarkan oleh para rasul dan bapa-bapa Gereja, mereka sesungguhnya juga telah menyangkal karya Roh Kudus dalam Gereja. Karenanya ajaran unitarian yang mereka ajarkan harus dinyatakan salah! Dan jika mereka terus mengajarkannya kepada orang lain maka mereka ada di bawah kutukan Rasul Paulus (Gal.1:8-9).
Ini nasehat sederhana untuk kaum unitarian: bertobatlah sebelum terlambat!
Ada cara lain untuk menunjukkan kesesatan pandangan unitarian, yaitu dengan logika akal sehat.
Jika Allah itu hanya satu pribadi mutlak sebagaimana pandangan kaum unitarian, maka sebelum adanya ciptaan apapun allah unitarian ada dalam keadaan kesepian yang mutlak dan sangat mencekam. Allah yang kesepian ini tentu saja allah yang tidak sempurna karenanya konsep ini pasti salah. Selain itu sebelum adanya ciptaan allah unitarian mustahil memiliki kasih karena kasih mengandaikan adanya relasi antar pribadi, yang dalam konsep unitarian tidak mungkin ada.
Sebaliknya Allah trinitarian sejak semula sebelum ada ciptaan telah eksis dalam tiga pribadi ilahi yang saling mengasihi satu sama lain secara sempurna. Ini jelas Allah yang sempurna dan tak berkekurangan bahkan sebelum adanya segala ciptaan. Selain itu di dalam Allah trinitarian keberadaan kasih merupakan bagian yang tak terpisahkan dari eksistensi Allah karena ketiga pribadi ilahi, yaitu Bapa, Putra, dan Roh Kudus saling mengasihi secara sempurna satu sama lain. Dengan demikian terbukti secara mutlak Allah trinitarian memiliki kasih dalam dirinya, sementara allah unitarian tidak!
Karena dalam Alkitab tertulis Allah adalah kasih maka dapat disimpulkan dengan menggunakan logika akal sehat bahwa allah unitarian yang kesepian dan tidak memiliki kasih dalam dirinya sendiri sebelum ada ciptaan, adalah konsep ketuhanan yang salah dan menyesatkan! Allah unitarian sudah pasti bukan Allah yang mengajarkan pada kita hukum kasih sebagaimana yang kita terima melalui Alkitab! Allah unitarian adalah allah palsu yang menyesatkan!
Hanya Allah dalam konsep trinitarian saja yang dapat memenuhi kriteria "Allah adalah kasih" seperti yang tertulis dalam Alkitab!
Sekian dulu bagian pertama dari tanggapan saya atas polemik trinitas ini.
Viva Christo Rey....
0 Komentar