Kardinal Gerhard Muller Mengkonfirmasi Kehadiran Gereja Antikristus!


Salam damai dan sejahtera bagi kita semua...

Berikut adalah cuplikan dari wawancara Raymond Arroyo dari EWTN dengan Kardinal Gerhard Muller...

[video]

Wawancara ini sangat menghebohkan dan mengguncang banyak orang karena dianggap sebagai konfirmasi atau dukungan pada kaum tradisionalis. Kardinal Gerhard Muller sebenarnya adalah seorang pendukung Konsili Vatikan II yang sangat loyal. Dia adalah mantan prefek Kongregasi Doktrin Iman (CDF) di bawah Paus Benediktus XVI. Sama seperti Paus Benediktus XVI, pandangannya mengacu pada "hermeneutic of continuity" yang menganggap Konsili Vatikan II dapat ditafsirkan sejalan dengan iman Katolik tradisional.

Maka pernyataannya bahwa melalui "Sinode Tentang Sinodalitas" telah terjadi penjajahan dan kudeta terhadap Gereja Kristus, secara tidak langsung menjadi pengakuan atas kekeliruan "hermeneutic of continuity" yang diyakininya selama ini. Sinode sesat yang sekarang sedang berjalan TERBUKTI telah mengubah karakter Gereja menjadi sinodal atau demokratis. Dan itu jelas berlawanan dengan sifat Gereja Kristus yang diwariskan oleh para Rasul.

Ini juga dikonfirmasi oleh Uskup Athanasius Schneider dalam wawancaranya dengan Raymond Arroyo...

[video]

Kalau pernyataan Uskup Athanasius Schneider kita tidak terkejut karena sudah lama dia mengkritik berbagai kekeliruan yang ada dalam dokumen Konsili Vatikan II. Namun pernyataan Kardinal Gerhard Muller menjadi sangat istimewa karena sesungguhnya dia adalah pendukung setia Konsili Vatikan II yang selama puluhan tahun meyakini Konsili Vatikan II sejalan dengan seluruh ajaran Gereja Katolik.

Sekarang, sebagai seorang kardinal dan mantan prefek CDF yang memahami dengan baik ajaran iman Gereja Katolik dia akhirnya dapat melihat fakta menyedihkan bahwa telah terjadi penjajahan dan kudeta terhadap Gereja Kristus.

Apakah kudeta tersebut muncul tiba-tiba? Apakah itu ulah seorang Paus Fransiskus? Tentu saja tidak! Paus Fransiskus memang ikut berperan, tapi akar masalahnya bukan pada Paus Fransiskus.

Apa yang terjadi di Gereja Katolik sekarang ini adalah konsekuensi logis dari perubahan bertahap dan sistematis selama puluhan tahun setelah Konsili Vatikan II diterapkan. "Sinode Tentang Sinodalitas" yang terbukti begitu merusak sehingga berhasil menyadarkan Kardinal Gerhard Muller dari janji palsu konsili, tidak lain adalah hasil dari semangat kolegialitas yang sudah ditanamkan sejak Konsili Vatikan II dan berkembang selama puluhan tahun.

Kolegialitas adalah salah satu dari tiga kekeliruan mendasar Konsili Vatikan II yang diidentifikasi oleh Mgr. Marcel Lefebvre. Dua kekeliruan lainnya adalah kebebasan beragama dan ekumenisme.

Selama puluhan tahun semangat kebebasan beragama, kolegialitas dan ekumenisme yang sesat dari Konsili Vatikan II terus berkembang mengubah Gereja Katolik secara bertahap menjadi berbeda dari Gereja Kristus yang diwariskan para Rasul. Sejak awal Mgr. Lefebvre sudah menyadari bahayanya sehingga dia memutuskan untuk menolak pembaharuan konsili dan tetap setia pada ajaran tradisional Gereja Katolik. Dalam deklarasinya pada tahun 1974 Mgr. Lefebvre menyadari bahwa Konsili Vatikan II telah melahirkan Gereja Katolik "baru" yang disebutnya bersifat neo-protestan dan neo-modernis. Kita sebut saja "gereja baru" ini sebagai Gereja Konsili.

Adanya Gereja Konsili yang baru dan berbeda dari Gereja Kristus ini dikonfirmasi oleh penggunaan liturgi Misa yang baru, yaitu Misa Novus Ordo yang dimaksudkan sebagai pengganti Misa Tridentin.

Jika Misa Tridentin adalah liturgi misa yang merupakan perkembangan organik dari misa di jaman para Rasul, Misa Novus Ordo adalah hasil inovasi baru setelah Konsili Vatikan II yang mengakomodasi teologi dan liturgi bidat demi agenda ekumenisme Konsili Vatikan II. Dengan kata lain, Misa Novus Ordo adalah misa blasteran yang tidak pernah dikenal Gereja Katolik sebelumnya. Itu sebabnya dengan jujur mereka menyebut liturgi misa tersebut sebagai Novus Ordo Missae, liturgi misa untuk tatanan atau sistem gereja yang baru.

Paus Benediktus XVI yang meyakini prinsip 'hermeneutic of continuity,' melalui Motu Proprio 'Summorum Pontificum' mencoba menghidupkan kembali Misa Tridentin untuk berdampingan bersama Misa Novus Ordo sebagai 2 bentuk Misa dari ritus yang sama. Misa Novus Ordo disebutnya sebagai Misa Forma Ordinaria dan Misa Tridentin disebut sebagai Misa Forma Extraordinaria.

Namun eksperimen ini gagal! 

Misa Tridentin terbukti tidak cocok dengan eklesiologi Gereja Konsili. Ini diakui oleh Paus Fransiskus yang mengatakan penggunaan Misa Tridentin telah menimbulkan penolakan terhadap pembaharuan Misa dan juga penolakan terhadap Konsili Vatikan II. Akhirnya melalui Motu Proprio Traditiones Custodes, Paus Fransiskus kembali menekan dan menghambat pelaksanaan Misa Tridentin dengan maksud menjadikan Misa Novus Ordo sebagai satu-satunya liturgi Misa dalam Gereja Katolik ritus Roma. Kebijakan ini makin dipertegas melalui ensiklik 'Desiderio Desideravi' yang belakangan terbukti mengandung pernyataan bidat!

Karena liturgi Misa adalah bentuk ekspresi tertinggi dari seluruh ajaran iman Gereja, maka ketidakcocokan Gereja Konsili dengan Misa Tridentin menunjukkan satu hal: Gereja Konsili memiliki ajaran iman yang berbeda dengan iman Gereja Kristus! Dengan kata lain, Gereja Konsili BUKANLAH Gereja Kristus!

Perbedaan Gereja Konsili dari Gereja Kristus juga dikonfirmasi oleh hilangnya semangat penginjilan sebagaimana yang diperintahkan Tuhan dalam Amanat Agung-Nya. Hilangnya semangat penginjilan itu bisa ditarik akarnya pada semangat kebebasan beragama dan ekumenisme yang diajarkan oleh Konsili Vatikan II, yang secara implisit mengakui kebenaran dan jalan keselamatan di agama-agama lain.

Salah satu bukti paling kongkrit dari hilangnya semangat penginjilan ini bisa kita lihat dari kutipan homili Paus Fransiskus dalam memperingati Minggu Misioner pada tanggal 23 Oktober 2022:

Para murid dikirim bukan untuk mengkristenkan orang (proselitisme), melainkan untuk mewartakan; orang Kristiani tidak melakukan kristenisasi. (Pernyataan tersebut dikutip dari web resmi Karya Kepausan Indonesia).

Ini jelas bertentangan dengan Amanat Agung Tuhan kita yang secara eksplisit meminta para murid untuk tidak hanya mewartakan Injil tapi juga membaptis! Jadi Tuhan memerintahkan Gereja-Nya untuk mewartakan Injil dan sekaligus melakukan kristenisasi dengan membaptis semua orang! Maka Gereja Konsili yang hanya mewartakan Injil tanpa membaptis alias tanpa kristenisasi sudah pasti bukanlah Gereja Kristus.

Paus Fransiskus pernah mengatakan bahwa proselitisme adalah dosa terbesar terhadap ekumenisme. Jadi alasan Gereja Konsili menolak untuk menjalankan Amanat Agung adalah demi ekumenisme. Dan ternyata itu juga alasan yang sama dari adanya Misa Novus Ordo. Maka dapat kita simpulkan Gereja Konsili yang baru ini memiliki sebuah karakter utama, yaitu EKUMENIS. Karakter lainnya adalah inklusif, modernis, dan sinodal/demokratis. Gereja semacam itu jelas berbeda dari Gereja Kristus yang diwariskan oleh para Rasul.

Tapi sekarang Gereja Konsili itulah yang mendominasi, menjajah dan mengkudeta Gereja Kristus seperti yang diakui oleh Kardinal Gerhard Muller.

Apakah dengan demikian janji Tuhan yang menjamin Gereja-Nya tidak terkalahkan menjadi batal? Sama sekali tidak! Berkat kegigihan Mgr. Lefebvre, upaya Konsili Vatikan II untuk mengubah seluruh Gereja Katolik menjadi Gereja Konsili yang ekumenis tidak berhasil. Sesuai janji Tuhan, sehebat apapun upaya Gereja Konsili untuk menaklukkan Gereja Kristus tidak akan pernah berhasil karena berkat pertolongan rahmat Tuhan akan selalu ada orang-orang yang setia pada iman para Rasul (Rm.11:2-5).

Berkat pernyataan Kardinal Gerhard Muller (yang aslinya adalah pendukung Konsili Vatikan II), seharusnya semua orang Katolik sadar bahwa di dalam Gereja Katolik yang kita cintai ini sekarang memang ada dua Gereja yang berbeda dan bahkan bertentangan satu sama lain. Yang satu adalah Gereja Konsili yang saat ini mayoritas dan menguasai nyaris seluruh hirarki dan yang lainnya adalah Gereja Kristus yang terdiri dari orang-orang Katolik (baik klerus maupun awam) yang tetap setia pada iman para Rasul.

Terbagi duanya Gereja Katolik ini adalah pemenuhan dari nubuat Kitab Suci tentang kemurtadan yang terjadi pada mayoritas (Luk.18:8, 2Tes.2:3) dan adanya minoritas sisa umat yang setia (Rm.11:5). Itu juga penggenapan dari perumpamaan gandum dan lalang dalam satu ladang!

Kalau ada orang yang mengaku sebagai Yesus Kristus tapi dia bukanlah Yesus Kristus yang benar, kita menyebutnya sebagai Antikristus! Begitu juga kalau ada orang mengaku sebagai Paus tapi dia bukan Paus yang sah, kita menyebutnya sebagai Anti-Paus. Maka kalau ada gereja yang mengaku sebagai Gereja Katolik tetapi sebenarnya bukan Gereja Kristus, kita juga dapat menyebutnya sebagai Gereja Antikristus!

Jadi Gereja Konsili yang muncul secara diam-diam sejak Konsili Vatikan II dan memiliki iman yang berbeda dari iman para Rasul, tidak lain adalah Gereja Antikristus. Dengan demikian pernyataan Kardinal Gerhard Muller dalam wawancaranya dengan Raymond Arroyo adalah konfirmasi bahwa Gereja Antikristus saat ini sudah ada dan sedang berusaha menguasai Gereja Katolik dengan menyingkirkan Gereja Kristus! Celakanya sebagian besar orang Katolik ada di dalamnya.

Lalu bagaimana sikap kita?

Jika kita menggunakan akal sehat maka pilihan kita sudah pasti: JANGAN MENJADI BAGIAN DARI MAYORITAS karena menurut nubuat Kitab Suci kelompok mayoritas sudah pasti jatuh pada kemurtadan dan menjadi bagian dari Gereja Antikristus. Tetap berkeras menjadi bagian dari mayoritas sementara tanda-tanda terjadinya kemurtadan seperti yang dinubuatkan Kitab Suci sudah begitu jelas adalah keputusan konyol dan melecehkan akal sehat. Jangan melawan apa yang sudah dinubuatkan Kitab Suci, tapi keluarlah dari Gereja Antikristus seperti yang dinasehatkan dalam Kitab Wahyu:

"Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya." (Why.18:4)

Harus diingat, kita berhadapan dengan situasi luar biasa yang belum pernah ada dalam sejarah dimana di dalam SATU Gereja Katolik terdapat Gereja Kristus yang minoritas eksis berdampingan dengan Gereja Antikristus yang mayoritas, bagaikan gandum dan lalang di dalam satu ladang. Maka keluar dari Gereja Konsili atau Gereja Antikristus seperti yang diperintahkan Kitab Suci (Why.18:4) bukan berarti keluar dari Gereja Katolik.

Kita tetap ada di dalam Gereja Katolik tetapi menolak semua pembaharuan Konsili Vatikan II. Selanjutnya, demi keselamatan jiwa kita dan demi terwujudnya Kerajaan Allah melalui Gereja Kristus, kita memilih untuk menjadi SISA UMAT, yaitu orang-orang Katolik yang tetap setia pada iman para Rasul. 

Sama seperti lalang akan dikumpulkan untuk dibakar setelah gandum berakar kuat, sama seperti Tuhan mendatangkan bencana banjir yang memusnahkan semua manusia setelah Bahtera Nuh selesai dibuat, demikian juga mereka yang bukan bagian dari sisa umat, yaitu mereka yang jatuh dalam kemurtadan dan terjerumus dalam Gereja Antikristus, pada waktunya akan dimusnahkan setelah sisa umat memiliki akar iman para Rasul yang kokoh.

Kapan itu akan terjadi, tidak ada yang tahu. Lebih baik kita memilih menjadi sisa umat secepatnya selagi kita diberi kesempatan, dan selanjutnya terus berjaga-jaga dengan membangun fondasi iman yang semakin dalam sampai dengan nafas terakhir.

"...orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat" (Mat.24:13).

Terima kasih atas perhatian anda...

Viva Christo Rey!

 

Posting Komentar

0 Komentar