Pax vobis, salam damai bagi kita semua...
Video ini adalah episode perdana dari seri video "Konsili Vatikan II Dan Akal Sehat". Sebuah seri video dari Crusader Network yang akan membahas kekeliruan fatal dari sebuah konsili yang terbukti telah merusak Gereja Katolik begitu parah selama lebih dari 50 tahun lamanya.
Bagi sebagian besar orang Katolik, mungkin sulit dipercaya bahwa sebuah konsili resmi yang diadakan oleh Gereja Katolik, dan dihadiri oleh ribuan uskup, ternyata memiliki kekeliruan fatal dan menjadi awal dari berbagai kerusakan yang telah terjadi dalam Gereja Katolik selama puluhan tahun dan masih akan terus terjadi. Bukankah sebuah konsili Gereja seperti Konsili Vatikan II adalah karya Roh Kudus? Itulah argumen yang paling sering kita dengar dari para pendukung konsili.
Terhadap berbagai kritikan pada Konsili Vatikan II, para pendukung konsili seringkali menuntut bahwa teks-teks konsili harus dipahami dalam konteks keseluruhan dokumen. Benar sekali, kita perlu melihat teks-teks Konsili Vatikan II dalam konteks keseluruhan. Bukan hanya dalam konteks seluruh dokumen Konsili Vatikan II itu sendiri, tapi juga dalam konteks seluruh ajaran Gereja dan rencana Allah bagi keselamatan manusia.
Jika Konsili Vatikan II adalah bagian tak terpisahkan dari ajaran Gereja Katolik, maka dokumen-dokumennya harus memiliki ajaran dan semangat yang sama dengan seluruh ajaran Gereja yang telah diwariskan oleh para Rasul dan bapa-bapa Gereja di sepanjang sejarah.
Dan bukan hanya konteksnya yang harus dilihat, namun juga buah-buahnya!
Dalam semangat itulah kita akan membahas Konsili Vatikan II pada seluruh seri video ini...
Pada episode yang pertama ini, kita akan membahas tentang tanda-tanda jaman yang mendahului Konsili Vatikan II.
Dalam Injil, Tuhan berkata demikian:
"Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat...“ (Luk.21:29-31)
Dan pada kesempatan lain Tuhan mengecam orang-orang farisi yang tidak mampu mengenali tanda-tanda jaman:
"Pada petang hari karena langit merah, kamu berkata: Hari akan cerah, dan pada pagi hari, karena langit merah dan redup, kamu berkata: Hari buruk. Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi tanda-tanda zaman tidak..." (Mrk.16:2-3).
Kedua ayat Injil tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa Tuhan menghendaki kita dapat membaca tanda-tanda jaman.
Pertanyaannya, mengapa kita perlu membaca tanda-tanda jaman?
Segala sesuatu yang terjadi dan penting bagi keselamatan jiwa, sudah tertulis di dalam Kitab Suci. Dan Kitab Suci memberitahukan pada kita apa yang akan terjadi dalam konteks rencana keselamatan Allah, salah satunya melalui nubuat. Sayangnya, nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak memiliki linimasa atau timeline yang jelas.
Ini seperti tertulis dalam Injil:
"Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorang pun yang tahu...“ (Mrk.13:32)
Nah, disinilah tanda-tanda jaman menjadi penting, karena melalui tanda-tanda jaman itu kita dapat mengetahui kapan nubuat-nubuat Kitab Suci digenapi.
Dalam video ini kita akan membahas tanda-tanda jaman penting yang terjadi lebih dari satu abad yang lalu. Namun sayangnya, karena satu dan lain hal, sampai sekarang masih belum dipahami dengan baik.
Salah satu tanda-tanda jaman yang saya maksud adalah tiga pesan Bunda Maria di Fatima yang terjadi pada tahun 1917. Pesan-pesan Bunda Maria tersebut diberikan kepada tiga gembala kecil di Fatima dalam suatu rangkaian penampakan yang terjadi secara berkala dari tanggal 13 Mei 1917 sampai dengan 13 Oktober 1917. Bahkan pada penampakannya yang terakhir Bunda Maria menyertainya dengan mujizat besar yang disaksikan secara langsung oleh 70 ribu orang. Banyak orang Katolik yang mengakui mujizat tersebut sebagai mujizat terbesar yang pernah terjadi di sepanjang sejarah Gereja setelah mujizat kebangkitan Tuhan kita.
Dari besarnya mujizat yang menyertai penampakan Bunda Maria pada tanggal 13 Oktober 1917 kita tahu bahwa pesan yang diberikan Bunda Maria amat penting. Apalagi jika dikaitkan dengan suatu fakta, bahwa tepat 33 tahun sebelumnya, yaitu tanggal 13 Oktober 1884, Paus Leo XIII mendapatkan penglihatan penting yang kemudian menginspirasinya untuk menyusun Doa Kepada St. Mikael. Doa ini selanjutnya diucapkan seluruh umat Katolik di akhir misa, sebelum akhirnya tradisi yang baik ini dihapuskan oleh Paus Paulus VI.
Dari kesamaan tanggal, dan juga jumlah tahun yang membedakannya tepat sama dengan jumlah tahun Tuhan kita berinkarnasi sebagai manusia, dengan mudah membawa kita pada kesimpulan ini: penglihatan Paus Leo XIII dan Pesan Bunda Maria di Fatima PASTI memiliki keterkaitan yang erat.
Kita akan mulai dengan penglihatan Paus Leo XIII...
Penglihatan yang diterima Paus Leo XIII saat mengadakan misa menggambarkan iblis yang menghampiri Tuhan kita dan mengungkapkan tekadnya untuk menghancurkan Gereja Katolik dalam kurun waktu 75 - 100 tahun. Menurut penuturan Paus Leo XIII, iblis datang menghampiri Tuhan dengan menyombongkan dirinya:
"Aku dapat menghancurkan Gereja-Mu!"
Lalu Tuhan menjawab dengan lembut,
"Kau dapat? Jika demikian lakukanlah!"
Iblis berkata lagi,
"Untuk itu aku membutuhkan waktu dan kekuasaan yang lebih besar"
Tuhan bertanya,
"Berapa lama dan kekuasaan sebesar apa?"
Iblis berkata lantang,
"75 sampai 100 tahun dan kekuasaan yang lebih besar atas mereka yang akan memberikan diri mereka untuk melayaniku!"
Tuhan menutup pembicaraan dengan berkata,
"Kau mendapatkan waktu dan kekuasaan yang kau butuhkan, lakukanlah apa yang kau kehendaki!"
Hal ini mengingatkan kita pada kisah di dalam Kitab Suci dimana iblis meminta ijin pada Tuhan untuk mencobai Ayub, dan Tuhan menyetujuinya.
Iblis ternyata sungguh-sungguh mewujudkan tekadnya. Dalam kurun waktu 100 tahun setelah penglihatan Paus Leo XIII, terjadi banyak peristiwa bersejarah yang mengubah arah peradaban manusia secara signifikan.
Yang pertama adalah Perang Dunia I tahun 1914 - 1918. Yang kedua adalah Revolusi Bolshevik di Rusia tahun 1917. Akibat revolusi ini sistem komunis yang totalitarian dan atheistik untuk pertama kalinya menjadi ideologi sebuah negara. Yang ketiga adalah Perang Dunia II yang terjadi tahun 1939 - 1945. Dan yang terakhir adalah Konsili Vatikan II yang berlangsung tahun 1962 - 1965.
Untuk memahami dengan baik bagaimana peristiwa-peristiwa tersebut berkaitan dengan tekad iblis untuk menghancurkan Gereja, kita perlu memahami apa yang sesungguhnya diinginkan iblis. Dari upayanya yang gagal untuk mencobai Tuhan kita di padang gurun kita tahu bahwa iblis ingin disembah seperti Tuhan! Maka dapat kita duga kuat bahwa keinginan iblis tidak akan berhenti pada kehancuran Gereja Katolik saja, tetapi iblis juga ingin membangun gerejanya sendiri dimana dia akan disembah seperti Tuhan.
Ini membawa kita pada sebuah prinsip diabolik yang diadopsi oleh kaum freemason: ORDO AB CHAO! Arti harafiahnya adalah: tatanan yang muncul dari kekacauan!
Dalam prinsip ini, suatu tatanan baru dibangun dengan memanfaatkan atau dengan merekayasa kekacauan. Ini adalah prinsip yang diterapkan kaum revolusioner dimanapun di seluruh dunia. Seperti contohnya Revolusi Perancis tahun 1789. Revolusi tersebut muncul akibat krisis sosial di Perancis yang dimanfaatkan dan sekaligus direkayasa oleh kaum progresif-liberal untuk menggulingkan Raja Louis XVI dan menggantikan sistem monarki menjadi sistem republik.
Prinsip diabolik 'Ordo Ab Chao' inilah yang digunakan iblis untuk mengacaukan dunia dan Gereja. Tujuan akhirnya adalah membangun sebuah Tatanan Dunia Baru yang akan mengarahkan seluruh manusia untuk melayani dan sekaligus menyembah iblis sebagai tuhan!
Kita bisa lihat Perang Dunia I (1914 - 1918) akhirnya memunculkan sebuah organisasi dunia yang baru, yaitu Liga Bangsa-Bangsa. Demikian juga Revolusi Bolshevik di Rusia tahun 1917 telah meruntuhkan sistem monarki Rusia, dan menggantinya dengan sebuah sistem pemerintahan komunis yang pertama di dunia. Ini adalah sebuah sistem pemerintahan yang bersifat atheist-marxist, materialistik, dan totalitarian. Sistem totalitarian ini kelak akan diadopsi oleh kaum globalis untuk mewujudkan Tatanan Dunia Baru, The New World Order.
Selanjutnya setelah Perang Dunia II (1939 - 1945), lahirlah sebuah badan dunia baru untuk menggantikan Liga Bangsa-Bangsa yang dinilai tidak efektif, yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa. Organisasi dunia inilah yang kemudian menjadi promotor dari "Tatanan Dunia Baru" (New World Order), yang karakter totalitariannya sudah mulai kita rasakan sekarang. Salah satunya dalam bentuk kewajiban vaksinasi secara global yang memaksa banyak orang untuk menerima vaksinasi atau terpaksa menerima berbagai pembatasan yang bersifat diskriminatif!
Itu tadi adalah perubahan-perubahan signifikan di dunia sekuler yang terjadi setelah penglihatan Paus Leo XIII.
Lalu apa hubungan ini semua dengan tekad iblis untuk menghancurkan Gereja?
Ini dia...
Seluruh rangkaian peristiwa penting yang terjadi di dunia sejak penglihatan Paus Leo XIII pada tahun 1884, mulai dari Perang Dunia I, Revolusi Bolshevik, hingga Perang Dunia II telah berperan besar untuk mendorong perubahan pesat dalam kehidupan sosial, moral, dan religius masyarakat dunia. Perubahan jaman yang begitu cepat dan terjadi hanya dalam waktu kurang dari satu abad tersebut menjadi kesempatan emas bagi kaum hirarki liberal di dalam Gereja Katolik untuk memaksakan agenda perubahan mereka.
Dengan dalih jaman yang berubah menuntut Gereja untuk melakukan perubahan juga, muncullah gagasan untuk mengadakan sebuah konsili yang bertujuan agar Gereja terbuka pada perkembangan jaman!
"Bukalah lebar-lebar jendela Gereja agar angin segar masuk," demikianlah yang dikatakan oleh Paus Yohanes XXIII tentang Konsili Vatikan II yang digagasnya pada tahun 1959. Tepat 75 tahun setelah penglihatan yang diterima Paus Leo XIII!
Sungguh ironis....
Tampaknya seruan itu adalah sebuah gagasan baik yang layak mendapatkan pujian, dan memang dunia memuji gagasan tersebut setinggi langit. Namun jika kita perhatikan, pernyataan tersebut merupakan sebuah kekeliruan tragis yang dilakukan oleh kaum hirarki liberal. Suatu kekeliruan amat mahal yang dampaknya harus kita rasakan sekarang.
Dalam pernyataan tersebut Paus Yohanes XXIII mengasumsikan keadaan Gereja Katolik pada masa itu sangat kumuh, ketinggalan jaman, dan memerlukan gagasan-gagasan segar dari luar Gereja untuk memperbaharui dirinya kembali.
Ada yang keliru dalam gagasan ini!
Ketika jaman berubah, Gereja Katolik memang perlu berubah juga. Itu seperti yang dikatakan oleh St. Agustinus, "Ecclesia semper reformanda" - Gereja senantiasa memperbaharui diri. Tetapi perubahan yang dimaksudkan adalah Gereja berkembang dan memperbaharui dirinya untuk MENANGGAPI perubahan jaman, bukan untuk MENGIKUTI perubahan jaman. Catat baik-baik: itu dua karakter perubahan yang sangat berbeda.
MENANGGAPI perubahan jaman berarti sumber perubahan itu berasal dari dalam Gereja dengan tujuan agar tugas dan karya Gereja dapat diwujudkan dengan baik sesuai dengan kondisi dan perkembangan jaman. Dengan demikian sumber perubahan atau pembaharuan Gereja haruslah berasal dari Tuhan kita Yesus Kristus yang selalu ada di dalam Gereja dan melalui Roh Kudus yang diutus-Nya. Ini perubahan yang bersifat organik dan akan memastikan ajaran Gereja tetap setia pada apa yang sudah diwariskan oleh para rasul dan bapa-bapa Gereja!
Sementara itu MENGIKUTI perkembangan jaman berarti sumber perubahan itu berasal dari luar, yang tentunya tidak berasal dari Tuhan kita Yesus Kristus! Dengan cara demikian tidak ada jaminan proses perubahan atau pembaharuan yang terjadi bersifat organik atau tetap setia pada ajaran Gereja yang sudah diwariskan oleh para rasul! Sayangnya, pilihan salah itulah yang diambil oleh para bapa-bapa konsili!
Dalam Injil Tuhan berkata, "Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku.." (Mat.12:30). Maka yang ada di luar Gereja sesungguhnya adalah para musuh Kristus!
Jadi sangat aneh jika Gereja memperbaharui dirinya dengan cara membiarkan unsur-unsur yang berasal dari musuh Kristus masuk dengan leluasa ke dalamnya dan membawa perubahan! Roh kudus tidak akan memberi inspirasi sesat macam itu. Sebaliknya itu jelas suatu pengkhianatan.
Dengan demikian gagasan perubahan Gereja yang dimaksud oleh St. Agustinus sama sekali berbeda dari gagasan perubahan Gereja yang dimaksudkan oleh Paus Yohanes XXIII. Dapat kita katakan keduanya terinspirasi dari roh yang berbeda, bahkan berlawanan!
Ini sekaligus catatan penting untuk para pendukung konsili yang seringkali menuduh mereka yang menolak konsili sebagai golongan yang anti-perubahan atau anti-pembaharuan! Itu sama sekali tidak benar! Yang ditolak adalah perubahan dan pembaharuan yang tidak sejalan dengan ajaran Gereja Katolik sebagaimana yang sudah diwariskan oleh para rasul dan bapa-bapa Gereja. Celakanya, justru itulah yang terjadi pada Konsili Vatikan II!
Melalui gagasan Paus Yohanes XXIII untuk membuka jendela Gereja bagi angin segar, yang kemudian diterjemahkan sebagai semangat aggiornamento atau semangat pembaharuan Gereja untuk MENGIKUTI perkembangan jaman, sesungguhnya para hirarki yang menggagas Konsili Vatikan II telah melakukan suatu pengkhianatan keji. Sama seperti Yudas di masa lalu menyerahkan Yesus Kristus kepada musuh-musuh-Nya, demikian juga dengan Konsili Vatikan II para Yudas modern telah menyerahkan Gereja pada dunia!
Dan akhirnya kekeliruan Konsili Vatikan II ini dikonfirmasi oleh buah-buahnya! Mulai dari panggilan religius yang menurun drastis, semakin pudarnya penghayatan iman di kalangan klerus maupun awam, hilangnya semangat penginjilan yang digantikan semangat dialog, berbagai skandal dalam hirarki Gereja, berbagai sakrilegi dalam liturgi, hingga skandal pachamana yang sangat menjijikkan.
Selanjutnya...
Seperti yang sudah saya sebutkan tadi, penglihatan Paus Leo XIII sangat berhubungan erat dengan pesan-pesan Bunda Maria di Fatima. Jika penglihatan Paus Leo XIII mengungkapkan rencana iblis untuk menghancurkan Gereja, maka pesan Bunda Maria di Fatima dimaksudkan sebagai kunci penting untuk menggagalkan rencana iblis tersebut!
Namun sayang sekali ada dua permintaan Bunda Maria di Fatima yang tidak pernah dipenuhi hirarki Gereja Katolik hingga hari ini. Kedua permintaan Bunda Maria itu adalah konsekrasi Rusia kepada Hati Tak Bernoda Bunda Maria, dan rahasia ketiga yang seharusnya dibuka pada tahun 1960.
Untuk konsekrasi Rusia, Paus Pius XII pernah melakukannya pada tahun 1942, Paus Yohanes Paulus II juga melakukannya pada tahun 1984, dan terakhir Paus Fransiskus pada tahun 2013. Namun semuanya tidak pernah dilakukan sesuai dengan permintaan Bunda Maria.
Sementara itu mengenai rahasia ketiga, Paus Yohanes XXIII yang seharusnya membuka pesan tersebut kepada publik tahun 1960, malah menolaknya dengan alasan pesan tersebut tidak ada kaitannya dengan masa kepausannya. Padahal secara eksplisit Bunda Maria sudah meminta agar pesan rahasia ketiga harus dibuka tahun 1960 karena pada tahun itu maknanya menjadi jelas. Tentunya menjadi tanda-tanya besar, mengapa Paus Yohanes XXIII menentang keinginan Bunda Maria?
Pesan ketiga Bunda Maria memang akhirnya diumumkan kepada publik pada tahun 2000, tapi banyak orang Katolik menduga kuat pesan tersebut tidak lengkap. Selain itu, penafsirannya juga tidak tepat karena menurut pernyataaan resmi Vatikan, pesan penting itu hanyalah tentang upaya pembunuhan Paus Yohanes Paulus II di tahun 1981.
Apakah mungkin pesan penting Bunda Maria yang diikuti mujizat besar di tahun 1917 hanya tentang upaya pembunuhan Paus yang gagal? Dan bagaimana bisa rencana pembunuhan Paus yang baru terjadi pada tahun 1981 itu sudah jelas faktanya sejak tahun 1960? Ini tidak masuk akal sehat. Jelas sekali ada yang disembunyikan oleh Vatikan!
Dari kegagalan konsekrasi Rusia dan kontroversi rahasia ketiga Bunda Maria di Fatima, kita bisa menduga kuat ada upaya dari sebagian hirarki Gereja Katolik untuk menghalangi upaya pemenuhan pesan-pesan Bunda Maria di Fatima. Padahal pesan-pesan tersebut penting untuk menggagalkan rencana iblis dalam menghancurkan Gereja sebagaimana yang terungkap dalam penglihatan Paus Leo XIII. Dengan kata lain ada sebagian hirarki yang memang mengabdikan dirinya untuk melayani agenda iblis dalam menghancurkan Gereja Katolik!
Apa yang dapat kita simpulkan dari sini?
Adanya Konsili Vatikan II tidak bisa dilepaskan dari tanda-tanda jaman penting yang sudah terjadi sebelumnya, yaitu penglihatan Paus Leo XIII pada tahun 1884, pesan Bunda Maria di Fatima pada tahun 1917, dan juga berbagai peristiwa bersejarah penting yang terjadi puluhan tahun sebelum Konsili Vatikan II. Itu semua berkaitan erat!
Penglihatan Paus Leo XIII mengungkapkan rencana iblis untuk menghancurkan Gereja dalam kurun waktu 75 - 100 tahun. Sedangkan pesan Bunda Maria di Fatima mengungkapkan kunci penting untuk melawan upaya iblis! Sementara itu berbagai peristiwa bersejarah yang terjadi setelah tahun 1884 adalah bagian dari rencana iblis untuk membuat perubahan jaman yang pesat dan akan memaksa Gereja Katolik melakukan perubahan!
Jika kita memahami penglihatan yang diterima Paus Leo XIII sebagai pengungkapan rencana iblis untuk menghancurkan Gereja Katolik, ternyata Konsili Vatikan II ada di dalam kurun waktu 75 - 100 tahun yang dimaksudkan iblis. Maka dengan mudah kita bisa simpulkan bahwa Konsili Vatikan II tidak muncul dari inspirasi Roh Kudus, melainkan bagian dari rencana sistematis iblis untuk menghancurkan Gereja Katolik. Ini mementahkan anggapan sebagian besar orang Katolik yang percaya bahwa Konsili Vatikan II adalah karya Roh Kudus!
Mengikuti prinsip 'ordo ab chao', iblis telah ikut berperan aktif dalam berbagai peristiwa bersejarah yang membawa perubahan jaman untuk memaksa Gereja mengadakan konsili dan berkompromi dengan dunia dengan terus berubah demi mengikuti perkembangan jaman. Inilah Konsili Vatikan II yang kelak akan menghancurkan Gereja Katolik agar iblis dapat membangun gerejanya sendiri sebagai pengganti.
Pengabaian pesan rahasia ketiga Bunda Maria di Fatima ikut berperan penting bagi terselenggaranya Konsili Vatikan II ini. Seandainya pesan rahasia tersebut dibuka seluruhnya pada tahun 1960 sesuai permintaan Bunda Maria, besar kemungkinan Konsili Vatikan II tidak akan terjadi. Atau, kalaupun tetap terjadi karena tuntutan perubahan jaman yang tidak terhindarkan, pasti dengan semangat yang berbeda. Bukan untuk mengikuti perkembangan jaman seperti yang sekarang terjadi, melainkan untuk menanggapi perubahan jaman dengan tetap berakar pada ajaran Gereja yang diwariskan para Rasul!
Selanjutnya, gagasan pembentukan Tatanan Dunia Baru yang didorong oleh PBB dan kaum globalis lainnya juga merupakan konsekuensi dari berbagai perubahan jaman yang terjadi setelah Perang Dunia II. Dengan demikian, baik Konsili Vatikan II maupun agenda kaum globalis untuk membentuk Tatanan Dunia Baru tidak lain adalah satu agenda yang sama. Keduanya muncul dari prinsip diabolik yang sama, ordo ab chao. Dan keduanya adalah bagian dari rencana iblis untuk mengarahkan semua manusia agar menyembah dia sebagai tuhan.
Terima kasih atas perhatian anda, kiranya Tuhan memberkati kita semua dan segera memulihkan Gereja-Nya...
Viva Christo Rey!
0 Komentar