Kitab Suci Memang Kitab Katolik Dan Bukan Untuk Protestan


 

Transkrip:

Salam damai dan sejahtera...

Mari kita lanjutkan lagi pembahasan soal Kitab Suci. Dari beberapa komentar dalam beberapa video CN yang membahas sola scriptura ada upaya teman-teman Protestan untuk meminimalkan kerusakan yang diakibatkan oleh prinsip sesat ini.

Mereka mengatakan sola-scriptura bukan berarti Protestan hanya percaya pada Kitab Suci saja dan membuang yang lain, tapi menempatkan Kitab Suci sebagai otoritas tertinggi. Itu sebabnya Protestan menerima hasil Konsili Nicea yang merumuskan doktrin Tritunggal, dan juga ikut merayakan Natal setiap tanggal 25 Desember. Bahkan sebagian gereja Protestan sekarang mulai kembali menerima beberapa tradisi Katolik seperti tradisi Rabu Abu pada masa pra-Paskah karena hal-hal seperti itu mereka tafsirkan tidak bertentangan dengan Kitab Suci.

Ada asumsi keliru mendasar yang tidak mereka sadari, yaitu anggapan bahwa ada unsur-unsur Tradisi Suci yang bertentangan dengan Kitab Suci. Ini asumsi dasar yang salah besar, karena Sabda Tuhan tidak dapat bertentangan dalam dirinya sendiri. Dengan demikian Tradisi Suci tidak bertentangan dengan Kitab Suci karena keduanya membentuk keseluruhan Sabda Tuhan yang dijaga keutuhannya oleh Roh Kudus berkat janji Yesus Kristus. Kecuali ada yang dapat membuktikan Sabda Tuhan terjaga utuh di tempat lain, maka satu-satunya tempat dimana Sabda Tuhan terjaga utuh sesuai janji Tuhan adalah di Gereja Katolik.

Ketika Protestan membuang sebagian dogma, liturgi, dan devosi-devosi Katolik, sebenarnya mereka telah membuang sebagian dari Tradisi Suci yang membentuk keseluruhan Sabda Tuhan. Hasilnya, prinsip sola scriptura telah membuat Protestan kehilangan Sabda Tuhan yang utuh.

Di video sebelumnya telah dijelaskan bahwa Sabda Tuhan yang utuh ini diperlukan untuk memulihkan kemanusiaan agar dapat menjadi sempurna seperti Tuhan (Mat.5:48) dan mewujudkan Kerajaan Allah di bumi yang menjadi harapan semua Kristen melalui doa Bapa Kami. Tanpa Sabda Tuhan yang utuh maka Protestan sudah pasti tidak dapat mewujudkan keduanya.

Ada satu hal penting yang sering diabaikan oleh Protestan dan sangat berbahaya. Sabda Tuhan telah diserahkan seluruhnya kepada Gereja Katolik sebagai satu-satunya Mempelai Kristus (Yoh.17:8). Dengan demikian Kitab Suci yang menjadi bagian dari Sabda Tuhan itu sesungguhnya dimaksudkan untuk dibaca dan dipahami dengan benar dalam konteks Gereja Katolik saja. Maka ketika orang-orang Protestan, bahkan juga Gereja Ortodoks, membaca Kitab Suci dan menafsirkannya di luar konteks Gereja Katolik, mereka sudah pasti tidak dapat memahaminya dengan benar.

Contoh kongkritnya adalah nubuat-nubuat Kitab Suci tentang akhir jaman. Semua nubuat-nubuat itu hanya dapat dimengerti dengan tepat dalam konteks Gereja Katolik saja. Bukan dalam konteks Gereja Ortodoks, apalagi dalam kontreks gereja-gereja Protestan yang jumlahnya puluhan ribu itu.

Misalnya saja, nubuat Nabi Daniel tentang digantikannya kurban sehari-hari dengan ibadah fasik (Dan.8:12). Itu tidak akan ada penggenapannya di Gereja Ortodoks, apalagi di gereja-gereja Protestan. Tapi di Gereja Katolik, kemungkinan besar nubuat itu sedang tergenapi ketika Misa Novus Ordo (yaitu ibadat fasik) ditawarkan sebagai pengganti dari Misa Latin Tradisional (yaitu kurban sehari-hari). Bahkan nubuat Nabi Daniel tentang dihentikannya kurban sehari-hari (Dan.11:31) mungkin sedang tergenapi dengan munculnya dokumen "Traditiones Custodes" yang menetapkan Misa Novus Ordo sebagai satu-satunya liturgi Misa Gereja Katolik dan berakibat ditekannya Misa Latin Tradisional sampai hari ini.

Juga nubuat Rasul Paulus tentang kemurtadan besar (2Tes.2:3). Itu berbicara tentang kemurtadan besar yang terjadi di Gereja Katolik, bukan di Gereja Ortodoks, bukan pula di gereja-gereja Protestan. Di Gereja Ortodoks maupun gereja-gereja Protestan tidak perlu ada kemurtadan besar karena tanpa itu mereka sudah di luar Gereja Kristus. Sementara di Gereja Katolik yang adalah Gereja Kristus, perlu ada kemurtadan besar sebagai ujian terakhirnya. Sebagaimana Kristus telah menjalani pengkhianatan oleh Yudas dan mengalami penderitaan sampai mati di kayu Salib, demikian juga Gereja Katolik sebgai Mempelai Kristus akan mengalami pengkhianatan oleh para hirarkinya. Kemurtadan besar itu mungkin sedang tergenapi pada Konsili Vatikan II yang membuat Gereja Katolik pasca konsili menerima nilai-nilai dunia dan sekaligus mengkhianati ajaran tradisionalnya demi agenda ekumenisme yang melayani musuh Kristus.

Begitu juga nubuat Rasul Paulus tentang sisa umat (Rm.11:2-5), itu adalah tentang sisa umat yang setia di dalam Gereja Katolik, bukan di Gereja Ortodoks atau di gereja-gereja Protestan. Sisa umat di Gereja Katolk perlu ada sebagai bagian dari upaya Tuhan menjaga Gereja-Nya, yaitu Gereja Katolik, tetap tidak terkalahkan sesuai janji Kristus meski di Gereja Katolik sedang terjadi kemurtadan besar. Sisa umat ini tergenapi pada orang-orang Katolik yang tetap setia pada ajaran Gereja Katolik tradisional dengan menolak Konsili Vatikan II, tanpa memisahkan diri dari Gereja Katolik.

Itu tadi sekedar contoh bagaimana Kitab Suci sesungguhnya adalah milik Gereja Katolik dan hanya dapat ditafsirkan dengan tepat dalam konteks Gereja Katolik, bukan dalam konteks Gereja Ortodoks apalagi gereja-gereja Protestan. Bisakah anda bayangkan apa yang terjadi jika anda membaca peta kota Jakarta, tapi menerapkannya di kota Medan? Anda akan kebingungan karena peta tersebut tidak memberi petunjuk yang benar dan malah menyesatkan. Itulah yang terjadi ketika orang-orang Protestan atau Ortodoks membaca Kitab Suci menurut penafsiran mereka, Kitab Suci itu tidak akan menyatakan Sabda Tuhan yang tepat sebelum mereka membacanya sebagai seorang Katolik.

Sekarang bayangkanlah, jika nubuat tentang akhir jaman sedang tergenapi saat ini, bagaimana mungkin anda bisa selamat dengan tetap menjadi Protestan? Dalam hal ini Kitab Suci sama sekali tidak akan membantu anda karena anda membacanya dalam konteks yang salah.

Terima kasih atas perhatian anda...

Viva Christo Rey!


Posting Komentar

0 Komentar