Transkrip:
Salam damai dan sejahtera...
Pada tanggal 31 Juli 2025, Paus Leo XIV menetapkan Kardinal John Henry Newman yang baru tahun 2019 yang lalu dikanonisasi oleh Paus Fransiskus, sebagai "Doctor of The Church" atau Pujangga Gereja. Itu artinya pandangan dan ajaran Kardinal John Henry Newman dinyatakan sebagai rujukan yang otoritatif bagi Gereja Katolik. Pandangannya yang terkenal dan seringkali menjadi rujukan bagi Gereja untuk beradaptasi dengan perkembangan jaman adalah gagasannya tentang perkembangan doktrin. Kardinal Newman berpendapat bahwa doktrin iman itu dapat berkembang secara organik sambil menjaga esensinya tetap sama dengan ajaran sebelumnya. Doktrin Gereja itu ibarat benih tanaman yang bertumbuh menjadi pohon besar dan berdaun lebat tanpa mengubah esensinya sebagai tanaman yang sama.
Pandangan tentang perkembangan doktrin ini bukan hal yang baru bagi Gereja. St. Vincentius dari Lerins, seorang biarawan abad ke 5 juga berbicara tentang perkembangan doktrin iman. St. Vincentius mengakui bahwa doktrin dapat mengalami perkembangan dalam hal ekspresi, pemahaman, atau penjelasan, tetapi tidak boleh bertentangan dengan kebenaran asli yang diwariskan dari para Rasul.
Berikut pernyataannya, "Doktrin Gereja harus berkembang dalam hal kejelasan, tetapi tidak dalam hal substansi. Apa yang sebelumnya dipercaya secara implisit dapat menjadi eksplisit seiring waktu.” St. Vincentius mengambil contoh doktrin Trinitas dan inkarnasi yang secara implisit sudah ada dalam Kitab Suci namun baru dijelaskan secara eksplisit melalui konsili-konsili. Itu adalah perkembangan doktrin yang benar. St. Vincentius juga mengambil analogi pohon yang bertumbuh untuk menjelaskan perkembangan doktrin yang benar.
Untuk menentukan manakah perkembangan doktrin yang benar dan organik, St. Vincentius memberikan kriteria berupa kanonnya yang terkenal "quod ubique, quod semper, quod ab omnibus creditum est" yang artinya kurang lebih, "apa yang diyakini dimana-mana, selalu sejak dulu, dan diterima oleh semua." St. Vincentius juga menekankan pentingnya peran Paus dan Magisterium Gereja sebagai penjaga keutuhan ajaran iman para Rasul terhadap segala kemungkinan perubahan atau kerusakan ajaran iman dari setiap perkembangan yang muncul.
Pemikiran St. Vincentius dari Lerins ini juga sangat mempengaruhi pemikiran Kardinal John Henry Newman. Tentang perkembangan doktrin, Kardinal Newman menjelaskan bahwa doktrin iman Kristen tidak statis, melainkan mengalami perkembangan secara organik sejalan dengan sejarah Gereja. Perkembangan ini tidak berarti doktrin berubah dalam substansi, melainkan makna serta implikasinya diuraikan, diperdalam, dan dijelaskan lebih lanjut lewat refleksi umat beriman, pertanyaan baru dari zaman ke zaman, dan tantangan historis. Kardinal Newman juga menjelaskan bahwa perkembangan doktrin yang benar bersifat organik atau bertumbuh dengan tetap mempertahankan substansi asli. Ia membedakannya dengan perubahan yang bersifat korup (merusak) dan menyimpang, yang harus ditolak.
Untuk menentukan perkembangan doktrin yang organik, Kardinal Newman memberikan tujuh kriteria:
1. Preservasi tipe: perkembangan doktrin harus memiliki karakteristik dasar yang sama.
2. Kontinuitas prinsip: prinsip iman tidak mengalami perubahan, apa yang dulu baik harus tetap baik, apa yang dulu kudus harus tetap kudus, apa yang dulu ditolak harus tetap ditolak.
3. Daya asimilasi: doktrin dapat mengintegrasikan ide-ide baru dan budaya-budaya lokal tanpa kehilangan esensinya.
4. Sekuens/urutan logis: perkembangan doktrin harus memiliki konsistensi logis dari ajaran sebelumnya.
5. Antisipasi masa depan: benih-benih perkembangan doktrin harus sudah tersedia pada doktrin sebelumnya.
6. Konservasi terhadap masa lalu: perkembangan doktrin tidak dapat merusak atau membatalkan doktrin sebelumnya.
7. Vitalitas kronis: perkembangan doktrin yang benar memiliki daya tahan terhadap berbagai tantangan.
Meski sama-sama berbicara tentang perkembangan doktrin, banyak orang menilai pandangan St. Vincentius terlalu konservatif, kaku, dan tidak memberi ruang yang cukup untuk mengadaptasi ajaran Gereja dengan perkembangan jaman. Sebaliknya pandangan Kardinal Newman, yang sebelumnya adalah seorang imam Anglikan, dipandang lebih terbuka pada perkembangan jaman sehingga menjadi rujukan inspirasi bagi semangat modernisme Konsili Vatikan II, terutama dokumen Dei Verbum. Jadi tidak perlu heran jika pendukung KV2 seperti Paus Fransiskus menjadikannya seorang santo, dan Paus Leo XIV mengangkat statusnya menjadi pujangga Gereja.
Perbedaan keduanya bisa dipahami karena St. Vincentius membuat pernyataan-pernyataan tentang perkembangan doktrin dalam konteks menjaga keutuhan ajaran iman untuk melawan berbagai ajaran bidat yang menggerogoti Gereja pada masa itu. Sementara Kardinal Newman membuat pengajarannya tentang perkembangan doktrin justru untuk mengantisipasi bagaimana Gereja harus dapat mengikuti perkembangan jaman yang terus berubah. Jadi St. Vincentius berupaya menjaga keutuhan ajaran Gereja dari berbagai perubahan, sedangkan Kardinal Newman justru mempersiapkan Gereja untuk menerima perubahan.
Sebenarnya tidak ada pernyataan eksplisit dari Kardinal Newman yang membenarkan prinsip modernisme atau perubahan ajaran Gereja mengikuti perkembangan jaman. Kardinal Newman tetap setia pada pandangan bahwa perkembangan doktrin dibenarkan sejauh tidak mengubah substansi ajaran Gereja. Tapi kecenderungannya yang lebih terbuka pada perkembangan jaman membuat pernyataan-pernyataannya sering dimanfaatkan untuk melakukan pembenaran terhadap prinsip-prinsip modernisme.
Berikut adalah pernyataan Kardinal Newman yang menjadi dasar dari penyesatan penting dalam Dei Verbum. Suatu penyesatan yang menjadi pintu masuk bagi perubahan ajaran Gereja yang terus menerus sesuai prinsip bidat modernisme:
“Doktrin bukanlah sesuatu yang diberikan sekali untuk selamanya, dan dipahami dengan sempurna sekali untuk selamanya; melainkan kumpulan kebenaran yang terus berkembang... sebuah proses asimilasi yang berkesinambungan namun bertahap” (pernyataan ini berasal dari "An Essay on the Development of Christian Doctrine", yang ditulis tahun 1845).
Pernyataan ini kemudian menginspirasi Dei Verbum 8 untuk membuat pernyataan maha sesat ini:
"Sebab dalam perkembangan sejarah, Gereja tiada hentinya menuju kepenuhan kebenaran ilahi, sampai terpenuhilah padanya sabda Allah."
Doktrin yang dimaksud oleh Kardinal Newman adalah upaya Gereja untuk menjelaskan atau merumuskan kebenaran Sabda Allah. Doktrin dalam pengertian itu memang tidak diberikan sekali untuk selamanya dan dapat terus berkembang untuk memperjelas dan merumuskan Sabda Allah, tapi Sabda Allah itu sendiri sudah dinyatakan seluruhnya kepada Gereja. Sebaliknya, Dei Verbum secara licik mengubah pernyataan tersebut menjadi seperti ini: Sabda Allah belum dinyatakan secara penuh dan Gereja masih sedang berproses menuju kepenuhan Sabda Allah.
Ini bertentangan langsung dengan pernyataan Tuhan kita dalam doa-Nya kepada Bapa di malam perjamuan terakhir:
"Sebab SEGALA FIRMAN yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya." (Yoh.17:8)
Yesus Kristus yang adalah Sabda Allah dan seluruh kebenaran, telah menyatakan seluruh Sabda Allah itu kepada para Rasul. Artinya, Yesus Kristus telah menyatakan seluruh kebenaran yang utuh kepada Gereja. Jadi bertentangan dengan pernyataan Dei Verbum 8, Gereja Katolik sudah menerima seluruh kebenaran yang penuh, yang tidak akan berubah sampai akhir jaman. Roh Kudus yang diutus Yesus Kristus untuk mengajar Gereja, tidak menyatakan ajaran-ajaran baru atau melengkapi kebenaran yang sudah dinyatakan secara penuh oleh Yesus Kristus. Roh Kudus menyertai Gereja untuk menjelaskan dan memperdalam makna kebenaran yang sudah dinyatakan Yesus Kristus kepada para Rasul.
Ini seperti dinyatakan dalam Konsili Vatikan I:
"Sebab Roh Kudus dijanjikan kepada para penerus Petrus bukan agar mereka, melalui wahyu-Nya, dapat memperkenalkan suatu doktrin baru, melainkan agar, melalui bantuan-Nya, mereka dapat dengan tekun menjaga dan dengan setia menjelaskan wahyu atau warisan iman yang disampaikan oleh para rasul."
Jadi pernyataan Dei Verbum 8 yang mengatakan Gereja masih berproses untuk menerima kepenuhan kebenaran adalah pintu gerbang bagi upaya perubahan ajaran Gereja yang terus-menerus untuk mengikuti perkembangan jaman. Dengan Dei Verbum 8 ini sebenarnya Konsili Vatikan II telah mengajarkan "injil yang berbeda" dari apa yang diterima para Rasul. Oleh karenanya Konsili Vatikan II dan semua yang mendukung dan mengajarkannya telah berada di bawah kutukan Rasul Paulus (Gal.1:8-9).
Meski membenarkan perkembangan doktrin, baik St. Vincentius dari Lerins maupun Kardinal Newman percaya bahwa ajaran Gereja tidak dapat berubah. Keduanya percaya Gereja telah menerima Sabda Allah yang penuh dan sempurna sehingga tidak boleh diubah atau ditambah dengan kebenaran-kebenaran baru apapun. Tapi Konsili Vatikan II melalui Dei Verbum telah mengubah paradigma ini dengan menyatakan Gereja belum menerima kebenaran Sabda Allah yang penuh demi memberi peluang bagi perubahan ajaran Gereja yang terus-menerus untuk mengikuti keinginan-keinginan dunia yang terus berjalan menuju kebinasaan.
Salah satu alasan mengapa ada Misa Novus Ordo adalah untuk mengantisipasi perubahan ajaran Gereja. Misa Latin Tradisional yang liturginya sudah baku jelas tidak akan cocok bagi Gereja konsili yang ajarannya akan terus berubah mengikuti perkembangan jaman. Untuk Gereja konsili yang ajarannya akan terus berubah itulah dibutuhkan Misa Novus Ordo yang terbuka bagi segala macam perubahan dan pembaharuan. Jadi sekarang menjadi jelas khan... mengapa Misa Novus Ordo semakin lama semakin hancur lebur?
Sekarang saatnya mengajukan pertanyaan bagi para pengacara KV2 dan semua orang yang percaya KV2 adalah karya Roh Kudus:
Bagaimana pandangan anda tentang pernyataan Dei Verbum 8 yang dikutip tadi? Apakah itu sekedar suatu kesalahan redaksional, atau memang Dei Verbum berpandangan bahwa Gereja Katolik belum menerima kebenaran Sabda Allah yang penuh?
Jika itu kesalahan redaksional, maka hal itu membuktikan bahwa Konsili Vatikan II memang tidak bebas dari kesalahan. Jika pernyataan itu bermaksud mengatakan Gereja belum menerima kebenaran yang penuh, maka pernyataan itu bertentangan dengan ajaran Injil (Yoh.17:8). Dua-duanya menunjukkan Konsili Vatikan II bukanlah hasil karya Roh Kudus, tapi karya bapa segala dusta.
Ayo para pengacara dan supporter KV2... kalian pasti bisa menjelaskan ini!
Terima kasih atas perhatian anda...
Viva Christo Rey!
0 Komentar